![]() |
| Sumber : Dokumen Pribadi |
Kutipan untuk hari ini
“Serupa seperti para pengukir
yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya,
keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru
seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru
mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
(Ki Hajar Dewantara)
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Tidak kita pungkiri bahwa pada diri sorang murid kita memiliki karakter yang berbeda-beda serta kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian
keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi
kepada kebutuhan murid. Pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa
perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari
untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Tomlinson
(2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
● Kesiapan belajar murid
(readiness)
● Minat murid
● Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu
tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki
sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness), jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), atau jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).Saya akan bahas satu-persatu
1.
Kesiapan Belajar (Readiness)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi,
konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat
kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan
mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah
tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang
apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai
dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan
memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini
adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang
menantang secara tepat (Santangelo & Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al
(2013: 29)).
2.
Minat Murid
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan
pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
v Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara
sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
v Mendemonstrasikan keterhubungan antar semua
pembelajaran;
v Menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan
untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi
mereka, dan;
v Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
v Menciptakan situasi pembelajaran yang menarik
perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb);
v Menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan
dengan minat individu murid;
v Mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
v Menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid
dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
3. Profil Belajar Murid
Profil
Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik
belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara
alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja
cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.
Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki
kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan
pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait
dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
v Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya
terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah
lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.Contohnya: mungkin ada
anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising,
terlalu terang, dsb.
v Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam -
ekspresif, personal - impersonal.
v Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana
murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum
gaya belajar ada tiga, yaitu:
1.
Visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa
gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb);
2.
Auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan
guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan
musik);
3.
Kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya
sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi
gaya mengajar.
Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu
harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan
saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa
mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui
kebutuhan belajar murid-muridnya. Membuat catatan tentang profil murid juga
akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan
murid-muridnya.
Pembelajaran berdiferensiasi
dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang
optimal.
1. Melakukan pemetaan kebutuhan berdasarkan tiga aspek
yaitu ;
v Kesiapan belajar ( memberikan pertanyaan pemantik),
v Minat belajar (memberikan tugas sesuai kemampuan);
v Profile belajar murid (mempersilahkan murid belajar
sesuai kenyamanan mereka)
2. Melaksanakan assesmen secara berkelanjutan baik pra
assesmen, assesmen formatif maupun sumatif berdasarkan strategi diferensiasi
yang dipilih.
Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar
mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan
untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan
individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya
sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil
untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk
menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid
memaksimalkan potensi dan bakatnya. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi,
penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir
unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang
sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di
sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan
pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman
belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk
akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik
bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya.
3. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa
pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.
Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan
setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa
yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya
memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau
bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan
ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang
dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang
berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua
murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara
keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
4. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid.
Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis
bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut
berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid.
Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan
jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama
relevannya, dan sama menariknya.
Pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya dan bahwa tidak semua murid
memiliki pondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru
yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis
berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk
semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang
tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang
lain.
Kesimpulannya bahwa pembelajaran berdeferensial dapat membantu mencapai
hasil belajar yang optimal dengan ketujuh alasan diatas makin menguatkan kita
untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dikelas. Sesuai dengan pemikiran
KHD pada modul 1.1 bahwa Pendidikan yang berpihak pada anak beliau mengatkan
“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada
sang anak.” Pokoknya pendidikan harus
terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat
“berhamba pada sang anak” dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya,
sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak
terbatas. Termasuk dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah memenuhi kebutuhan
anak dalam proses belajar seperti memenuhi kebutuhan anak sendiri.
Pembelajaran
berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya
positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem
“among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan
kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah
satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang
berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan
potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah
satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun
agar dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi.
Salam bahagia...!!
Penulis :
DUROKHIM, S.Pd. M,Pd
CGP Angkatan 6 Kabupaten Rembang
Modul 2.1 Pembelajarn Berdiferensiasi
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/

Komentar
Posting Komentar