PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG BERBAHASA JAWA MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA WAYANG KULIT BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BABAKTULUNG


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah
Guru harus mampu membawa siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Siswa yang berkompeten mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah. Pada tahun pelajaran 2019/2020, SD Negeri 1 Babaktulung menentukan KKM untuk mata pelajaran Bahasa Jawa sebesar 75. Siswa dikategorikan berkompetensi apabila memperoleh nilai akhir minimal 75. Guru juga harus mampu mencapai ketuntasan klasikal paling sedikit sebesar 75% dari jumlah siswa di kelas. Apabila guru mampu mencapai indikator tersebut, baik secara individual maupun klasikal dikategorikan ideal.
Pengalaman dalam pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa menunjukkan kompetensi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung sangat rendah. Mayoritas siswa belum mampu mencapai nilai akhir setara dengan KKM. Berdasarkan hasil penilaian akhir, siswa yang memperoleh nilai 75 atau lebih hanya ada 4 siswa atau sebesar 25% dari 16 siswa. Penulis sebagai guru gagal memenuhi target ketuntasan belajar klasikal sehingga dikategorikan kurang ideal.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh kesalahan yang bersifat manusiawi (human error) dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penulis sebagai guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton dan berpusat pada aktifitas guru (teacher oriented). Siswa hanya diberi penjelasan kemudian mengerjakan tugas hingga selesai. Tidak ada kesempatan berkomunikasi bagi siswa, baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Suasana proses pembelajaran sangat menjenuhkan bagi siswa. Perlu ada tindakan untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih representatif bagi siswa.
Metode demonstrasi dengan media wayang kulit menjadi alternatif untuk mengubah pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui peragaan dengan media wayang kulit. Guru memberikan contoh peragaan dua tokoh wayang kulit yang berdialog dalam bahasa jawa kemudian diikuti oleh siswa. Peragaan wayang kulit dilakukan secara berpasangan, baik dalam kelompok maupun klasikal. Penulis sebagai guru berharap melalui penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit dapat mengubah paradigma pembelajaran berorientasi pada aktifitas siswa (student oriented).
Perbaikan pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa perlu dilakukan karena merupakan salah satu materi keterampilan berbahasa esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Penerapan metode demonstrasi mengikuti pendapat Decaprio (2014: 43) “penguasaan siswa terhadap keterampilan berbahasa lebih baik dikuatkan dengan gambaran nyata melalui peragaan dengan media”. Wayang kulit merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang perlu dikenalkan kepada siswa. Menurut Kresna (2012: 62) “wayang kulit dapat dipergunakan sebagai media dalam pembelajaran untuk mengenalkan seni lokal kepada siswa.”,
Berdasarkan uraian tersebut diatas, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan dengan menerapkan metode demonstrasi dengan media wayang kulit dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dialog berbahasa jawa. Judul penelitian adalah “Peningkatan Kemampuan Menulis Dialog Berbahasa Jawa Melalui Metode Demonstrasi dengan Media Wayang Kulit bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.”

B.     Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi sebagai berikut.
1.      Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran sehingga kurang menarik perhatian siswa.
2.      Guru kurang kreatif dan inovativ dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan monoton.
3.      Kemampuan siswa dalam menulis dialog berbahasa jawa sangat rendah karena hanya diberi penjelasan dan tugas.
4.      Siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada komunikasi dengan guru atau dengan siswa lainnya.
5.      Suasana pembelajaran sangat menjenuhkan karena aktivitas guru sangat dominan (teacher oriented).

C.    Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah berikut.
1.      Proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa yang gagal memenuhi syarat ideal.
2.      Kemampuan siswa dalam menulis dialog berbahasa jawa tergolong masih rendah karena belum memenuhi standar KKM.  

D.    Pemecahan Masalah
Masalah penelitian ini dipecahkan melalui penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Siswa memeragakan dialog berbahasa jawa dengan media wayang kulit.

E.     Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan:
1.      Bagaimanakah proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit di kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang semester I tahun pelajaran 2019/2020?
2.      Seberapa besar peningkatan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung semester I tahun pelajaran 2019/2020? 

F.     Tujuan Penelitian
Selaras dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mendeskripsikan proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit di kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung pada semester I tahun pelajaran 2019/2020.
2.      Menganalisis peningkatan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung pada semester I tahun pelajaran 2019/2020.


G.    Manfaat Penelitian 
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk kepentingan berikut.
1.      Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk:
a.       Mengetahui konsep teori metode demonstrasi dan media wayang kulit sebagai elemen pembelajaran.
b.      Menguasai konsep menulis dialog berbahasa jawa sebagai materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
2.      Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat:
a.      Bagi Siswa
Siswa dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)      Berlatih memeragakan wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
2)      Meningkatkan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa.
b.      Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)      Memperbaiki proses pembelajaran melalui penerapan metode dan media representatif, kreativ dan inovatif.
2)      Meningkatkan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa bagi siswa.
c.       Bagi Sekolah
Sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)      Memperkaya khasanah pustaka tentang hasil penelitian pada perpustakaan sekolah.
2)      Memotivasi guru agar mampu melakukan penelitian sebagai bentuk tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran.




BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A.    Kerangka Teoretis
1.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang diterapkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memberikan contoh konkret melalui peragaan (Decaprio, 2014: 36). Menurut Teguh (2015) metode demonstrasi dilaksanakan melalui langkah peragaan dengan media untuk memahamkan materi secara konkret. Metode demonstrasi dikaksanakan melalui peragaan dengan media untuk menumbuhkan pemahaman konkret.
Berikut prinsip metode demonstrasi menurut Sunoto (2014: 56).
a.    Menyediakan media representatif yang akan diperagakan siswa sesuai materi dan tujuan pembelajaran.
b.    Mengatur waktu yang efektif untuk memeragakan media agar tidak berlarut-larut dalam proses pembelajaran.
c.    Menata ruangan agar siswa lebih leluasa dalam melaksanakan peragaan dan terlihat oleh siswa yang lainnya.
d.    Menyiapkan materi pembelajaran yang diperagakan secara tepat agar tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran.
Berikut kelebihan metode demonstrasi menurut kesimpulan Hariyanto (2013: 18).
a.    Memusatkan perhatian siswa pada materi dan tujuan yang dinilai krusial dan urgen dalam proses pembelajaran.
b.    Merangsang minat dan motivasi siswa untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran.
c.    Membantu siswa untuk mempertahankan ingatan tentang konsep dan pegetahuan baru lebih lama.
d.    Menghilangkan paham verbalisme menuju pemahaman konkret sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa.
Kekurangan metode demonstrasi menurut Hariyanto (2013:19):
a.    Membutuhkan waktu yang cukup lama dan ruang yang cukup luas agar peragaan berjalan efektif.
b.    Apabila jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak tidak dapat mengamati peragaan secara jelas.
c.    Sangat bergantung pada media pembelajaran sehingga apabila tidak ada media representatif tidak akan berjalan efektif.
d.    Membawa siswa ke arah pemikiran yang konkret saja dan kurang mampu dalam hal yang bersifat abstrak.
Langkah metode demonstrasi menurut Decaprio (2014: 48-49):
a.    Mempersiapkan garis besar langkah demonstrasi.
b.    Melakukan uji coba demonstrasi dengan peragaan.
c.    Menjelaskan tugas siswa, baik individu maupun kelompok.
d.    Memulai demonstrasi untuk merangsang siswa.
e.    Memberikan kesempatan siswa untuk aktif melalukan demonstrasi.
f.     Mengadakan tanya jawab dengan siswa.
g.    Mengulas materi yang telah didemonstrasikan sebagai kesimpulan.
h.    Mengadakan evaluasi bersama untuk perbaikan.
2.      Media Wayang Kulit
Media diartikan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Dalam pembelajaran pesan merupakan materi pembelajaran dan audiens adalah siswa (Arsyad, 2014: 4). Menurut Latifatun (2015) merupakan alat bantu untuk memperjelas materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi biasa dan pembelajaran.
Wayang kulit menurut Bastomi (2012: 3) adalah seperangkat alat seni tradisional berbentuk bayangan tokoh dan terbuat dari kulit bintang. Wayang kulit diartikan alat seni terbuat dari kulit binatang dan menggambarkan simbol dari tokoh (Warih, 2013: 7). Wayang kulit adalah alat seni yang terbuat dari kulit binatang dan menggambarkan tokoh. Media wayang kulit sebagai alat bantu pembelajaran dengan menggunakan tiruan tokoh yang terbuat dari kulit binatang. Berikut contoh media wayang kulit.
Gambar 2.1. Contoh media Wayang kulit (Sumber: http://www.wikipedia.go.id :2015)
Esensi media wayang kulit menurut Notopertomo (2012: 24):
a.    Motivasi karakter, penggunaan media wayang kulit dapat mendorong pembentukan karakter sesuai dengan tokoh wayang.
b.    Penyelarasan seni, peragaan media wayang kulit harus selaras agar siswa dapat menikmati dan memahami makna seninya.
c.    Tujuan bernilai, penggunaan media wayang kulit harus ada tujuan yang memancarkan nilai pembelajaran.
d.    Fleksibilitas cara, cara untuk memeragakan media wayang kulit dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan.
e.    Kamuflase bayangan, media wayang kulit memberikan gambaran cerita melalui bayangan dari tiruan tokoh.
Berikut manfaat media wayang kulit menurut Kresna (2012: 126).
a.    Menanamkan pendidikan karakter melalui penggambaran watak tokoh wayang dalam pembelajaran.
b.    Mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini pada generasi muda di era globalisasi dalam pembelajaran.
c.    Menginternalisasikan nilai budaya dan jati diri bangsa melalui peragaan wayang dalam pembelajaran.
d.    Mengekspresikan potensi kreativitas anak bangsa melalui kegiatan seni budaya lokal dalam pembelajaran.
Berikut kelebihan media wayang kulit menurut Warih (2013: 27).
a.    Media wayang kulit mudah diperoleh dengan harga terjangkau atau menciptakan sendiri dengan bahan yang mudah diperoleh.
b.    Membangkitkan motivasi siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran karena ketertarikan pada media wayang kulit.
c.    Membantu siswa untuk melakukan komunikasi dengan lingkungan melalui peragaan antartokoh dari media wayang kulit.
d.    Membangun kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dengan memeragakan dan membuat media wayang kulit.
Berikut kekurangan media wayang klit menurut Warih (2013: 29).
a.    Membutuhkan waktu dan tempat yang cukup luas untuk peragaan media wayang kulit secara utuh.
b.    Tidak semua orang mampu memeragakan media wayang kulit, oleh karena itu membutuhkan ketekunan dalam belajar.
c.    Sangat rentan terhadap kerusakan, karena itu dalam menggunakan media wayang kulit harus berhati-hati.
d.    Tidak semua tiruan tokoh dari media wayang kulit dapat diterapkan dalam pembelajaran sehingga sering kurang tepat dalam peragaan.
Berikut prinsip penggunaan media wayang kulit menurut Kresna (2012: 41).
a.    Merencanakan penggunaan media dengan cermat agar alur cerita sesuai dengan proses pembelajaran.
b.    Menata lingkungan untuk belajar agar dapat mencukupi media wayang kulit sesuai dengan materi pembelajaran.
c.    Mengomunikasikan permainan wayang kulit dengan peragaan dialog antartokoh agar selaras. 
3.      Kemampuan Menulis Dialog Berbahasa Jawa
Menulis dialog berbahasa jawa atau disebut pacelathon menurut Karso (2013: 124) berarti pengungkapan bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih pada bentuk lambang bunyi dalam Bahasa Jawa. Menulis dialog berbahasa jawa diartikan sebagai bentuk penulisan percakapan antara dua tokoh atau lebih yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa pengantar dan disebut pacelathon (Suyatno, 2014: 38). Kemampuan menulis dialog berbahasa jawa atau pacelathon menurut Karso (2013: 126) memberikan kemampuan dasar kepada siswa untuk mengalihkan kegiatan bahasa lisan antara dua tokoh atau lebih ke dalam bahasa tulis dengan bahasa jawa sebagai pengantar. Berikut contoh dialog berbahasa jawa atau pacelathon.
Pacelathon
Akbar  : “Bu, kulo nuwun artha.”
Ibu      : “kanggo apa?”
Akbar  : “kangge nyelengi.”
Ibu       : “nyelengi ana ngendi?”
Akbar  : “wonten sekolahan.”
Ibu      : “yen ngono, sesuk dak paringi.”
Akbar  : “matur nuwun, Ibu.”

 




Gambar 2.2. Contoh dialog berbahasa jawa (Sumber: Herawati, 2008: 14)

Berkut langkah menulis dialog berbahasa jawa menurut Karso (2013:158).
a.    Menentukan masalah atau topik yang akan dipercakapkan.
b.    Menentukan tokoh dan karakter yang akan melakukan percakapan.
c.    Menyusun butir-butir percakapan yang akan diperbincangkan.
d.    Mengembangkan butir-butir percakapan menjadi dialog utuh.
Berikut prinsip pembelajaran menulis dialog berbahasa jawa menurut Hariyadi (2012: 79).
a.    Menggunakan bahasa yang efektif dan komunikatif.
b.    Menyesuaikan antara tema dan isi dialog atau pacelathon.
c.    Memperhatikan isi cerita dan peran tokoh yang berdialog.
d.    Menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar.
e.    Menentukan kalimat yang efektif dalam penulisan dialog.
4.      Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah dasar
Dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 423.5/5/2010 dijelaskan bahasa jawa harus dibelajarkan kepada siswa dalam bentuk muatan lokal. Menurut Hariyadi (2012: 6) dengan pembelajaran Bahasa Jawa, sekolah tidak kehilangan relevansi terhadap kepentingan dan karakterisitik daerah. Menjamin penguasaan kecakapan hidup (life skill), pengetahuan akademik, dan pengembangan kepribadian bangsa.
Berikut tujuan Bahasa Jawa menurut Hariyadi (2012: 12).
a.    Membangun siswa agar menghargai dan membanggakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.
b.    Kemampuan berbahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kemapanan sosial.
c.    Siswa memliliki penguasaan keterampilan berbahasa dengan tepat untuk kepentingan komunikasi dengan berbagai tujuan dan situasi.
d.    Mengondisikan siswa mampu mengapresiasi Bahasa Jawa sebagai kearifan lokal yang perlu dikuasai oleh lingkungan
Berikut manfaat pembelajaran Bahasa Jawa dalam KTSP (2006).
a.    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya kearifan lokal.
b.    Penyebarluasan pemakaian Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam berbagai keperluan untuk berkomunikasi.
c.    Penguatan pemahaman  terhadap ragam budaya melalui khazanah kesusastraan lokal yang menjadi aset budaya di Indonesia.
d.    Pembinaan persatuan dan penguatan pendidikan karakter melalui penggunaan bahasa jawa yang santun.
Lingkup pembelajaran bahasa jawa menurut Karso (2013: 24):
a.    Aspek kemampuan berbahasa meliputi: mendengarkan (nyemak), berbicara (micara), membaca (maca), dan menulis (nulis).
b.    Aspek kemampuan bersastra (parama sastra) meliputi: apresiasi karya sastra (nguri sastra) dan menciptakan karya sastra sederhana (nganggit sastra).

B.     Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1.      Penelitian oleh Hariyanto berjudul “Meningkatkan Keterampilan Memahami Isi Cerita Melalui Metode Demonstrasi bagi Siswa Kelas V SD N 2 Karangmangu Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Semester 1 Tahun pelajaran 2013/2014.” Persamaan dengan penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi.
2.      Penelitian oleh Sri Arafah berjudul “Penggunaan Media Wayang kulit dalam Pembelajaran Bahasa Jawa untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita bagi Siswa Kelas IV SD N 2 Ngraci Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013.” Persamaan penelitian dengan penelitian ini pada penggunaan media wayang kulit dalam pembelajaran Bahasa Jawa.

C.    Kerangka Bepikir
Dengan pembelajaran konvensional, siswa tidak memperoleh kompetensi yang maksimal. Hasil akhir pembelajaran menunjukkan kompetensi menulis dialog berbahasa jawa dari siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung tergolong sangat rendah. Nilai yang diperoleh siswa rata-rata berada di bawah KKM. Siswa yang tuntas belajar hanya 4 anak atau 25% dari 16 siswa. Perlu tindakan representatif karena kemampuan menulis dialog berbahasa jawa merupakan materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Tindakan untuk menunjang keberhasilan adalah melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Menurut konsep teoretis, guru cukup memberikan contoh peragaaan dengan media wayang kulit. Siswa dapat berkreasi meniru peragaan dan aktif dalam pembelajaran untuk menguasai konsep dialog berbahasa jawa atau pacelathon. Metode demonstrasi dengan media wayang kulit menghilangkan verbalisme dan menumbuhkan pemahaman konkret.    
Pemikiran juga didukung adanya penelitian terhadap penerapan metode demonstrasi dan penggunaan media wayang kulit. Hasil penelitian menunjukkan fakta keberhasilan dalam proses pembelajaran. Tindakan tersebut dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Berikut skema dari kerangka berpikir.
Kondisi akhir
Perubahan proses pembelajaran menjadi berkualitas dan meningkatkan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa bagi siswa.
Tindakan
Metode demonstrasi dengan media wayang kulit dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan didukung kerangka teoretis.
Kondisi awal
Pembelajaran tidak menggunakan media, berjalan monoton dan kemampuan siswa tergolong rendah.
 










Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir

D.    Hipotesis Penelitian
1.      Pembelajaran melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit menjadi cukup signifikan dengan skor berkisar 50% -- 74%.
2.      Penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit dapat meningkatkan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa cukup signifikan dengan skor berkisar 50% -- 74%.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Tepatnya pada kelas IV karena penulis sebagai Kepala Sekolah mendapat bagian mengajar di kelas IV untuk mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa. Ruang Kelas IV cukup luas dan ada perangkat wayang kulit.
2.      Waktu Penelitian
Siklus I
Perencanaan Tanggal  24 Oktober 2015
Tindakan dan Pengamatan Tanggal 26 Oktober, 2 dan 9 November 2015
Analisis dan Refleksi Tanggal
10 – 11 November 2015

Penelitian ini dilangsungkan pada semester I tahun pelajaran 2019/2020, dan terbagi menjadi 2 siklus. Pelaksanaan penelitian setiap hari Senin sesuai jadwal pelajaran pada bulan Oktober, November dan Desember 2015. Waktu penelitian tergambar berikut.
Kondisi Awal
Pembelajaran Tanggal 12 dan 19 Oktober 2015
Analisis dan Identifikasi masalah Tanggal 20 Oktober 2015
Refleksi pembelajaran awal Tanggal 22 Oktober 2015

Siklus II
Perencanaan Tanggal 14 November 2015
Tindakan dan Pengamatan Tanggal 16, 23 dan 30 November 215
Analisis dan Refleksi Tanggal 2-3 Desember 2015 
 







Gambar 3.1. Bagan Waktu Penelitian.
B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang dalam proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa. Pada tahun pelajaran 2019/2020 jumlah siswa klas IV ada 16 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Karakteristik umum dari siswa ketika mengikuti proses pembelajaran kurang termotivasi untuk aktif. Berdasarkan hasil penilaian sebelumnya, intake siswa tergolong di bawah rata-rata. Membutuhkan tindakan yang tepat untuk memotivasi agar aktif dan meningkatkan kemampuan.

C.    Data dan Sumber data Penelitian
1.      Data penelitian terdiri:
a.    Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit.
b.    Hasil pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa yang meliputi: tugas kelompok, tugas tindak lanjut dan tes tertulis akhir pembelajaran.
2.      Sumber data peneltian berasal dari: proses
a.    Proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit.
b.    Hasil catatan khusus dan sharing dengan guru kolaboran.
D.    Teknik Pengumpulan Data
1.   Teknik Penilaian
Penilaian dalam penelitian ini adalah penilaian tugas dan tes. Tugas terdiri tugas kelompok dan tugas tindak lanjut. Tes berbentuk tes tertulis, yaitu bentuk soal tertulis, dijawab oleh siswa secara tertulis. Kompetensi yang dinilai: (a) Menganalisis isi dialog, (b) Melengkapi dialog rumpang, dan (c) Menulis dialog sederhana berdasarkan tema.
2.   Teknik Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tindakan. Objek yang diamati proses pembelajaran melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Indikator yang diamati meliputi:
a.  Interaktif, terjadi komunikasi antara siswa dengan guru.
b.  Inspiratif, menumbuhkan inisiatif siswa dalam pembelajaran.
c.   Memotivasi, mendorong siswa aktif mengikuti pembelajaran.
d.  Menantang, memberikan tantangan siswa menyelesaikan tugas.
e.  Menyenangkan, membuat siswa senang dalam pembelajaran.
3.   Teknik Dokumentasi
Dokumentasi untuk mengumpulkan data berbentuk foto kegiatan dan daftar catatan yang meliputi:
a.    Catatan khusus peristiwa yang terjadi selama penelitian.
b.    Catatan sharing dengan guru kolaboran.
c.    Daftar nilai hasil tugas kelompok, tindak lanjut dan tes tertulis.
d.    Daftar skor pengamatan.
E.     Alat Pengumpulan data
1.      Lembar Penilaian, berbentuk lembar kerja tugas kelompok, lembar kerja tugas tindak lanjut dan lembar soal tes. Indikator penilaian:
a.       Menganalisis isi dialog dengan indikator:
1)      Jawaban siswa benar.
2)      Jawaban siswa salah.
b.      Melengkapi dialog rumpang dengan indikator:
1)    Kesesuaian dengan dialog sebelumnya.
2)    Keruntutan urutan dialog.
3)    Penulisan kalimat efektif.
4)    Pemilihan kosa kata yang tepat.
5)    Penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
c.       Menulis dialog berbahasa jawa dengan indikator:
1)    Kesesuaian tema dengan naskah dialog.
2)    Keruntutan urutan naskah dialog.
3)    Penulisan kalimat efektif.
4)    Penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
5)    Pemilihan kosa kata yag tepat.
2.      Lembar pengamatan, berisi butir pengamatan untuk penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Aspek yang diamati:
a.       Kegiatan Pendahuluan dengan indikator kegiatan:
1)    Memberi salam, mempresensi dan berdoa bersama.
2)    Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
3)    Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
b.      Kegiatan Inti dengan indikator kegiatan:
1)    Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
2)    Menunjukkan perangkat wayang kulit sebagai media.
3)    Mencontohkan peragaan wayang kulit.
4)    Memeragakan dialog berbahasa jawa dengan wayang kulit.
5)    Menyelesaikan tugas tentang dialog berbahasa jawa.
6)    Memresentasikan hasil tugas.
7)    Mengadakan tanya jawab tentang dialog berbahasa jawa.
8)    Memberikan tugas tindak lanjut pekerjaan rumah.
9)    Membahas tugas tindak lanjut.
10) Merefleksi pembelajaran yang telah terlaksana.
11) Mengadakan penilaian akhir pembelajaran.
12) Mengoreksi hasil penlaian akhir pembelajaran.
c.       Kegiatan Penutup dengan indikator kegiatan:
1)    Menyimpulkan meteri pembelajaran.
2)    Menjelaskan pembelajaran pertemuan berikutnya.
3)    Menutup dengan salam dan berdoa bersama.
3.      Lembar dokumentasi, lembar dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari:
a.    Hasil foto kegiatan selama penelitian.
b.    Daftar nilai hasil tes tertulis dan hasil pengamatan.
c.    Daftar catatan tentang peristiwa khusus dan hasil sharing.
F.     Teknik Analisis Data
1.      Deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan data sesuai fakta, meliputi:
a.    Penyajian nilai hasil tugas, tes dan pengamatan berbentuk tabel.
b.    Menjelaskan predikat hasil penilaian kemampuan siswa berikut.
1)      85% -- 100%           = Amat tinggi
2)      70% -- 84%             = Tinggi
3)      55% -- 69%             = Cukup
4)      29% -- 54%             = Rendah
5)      0% -- 28%   = Amat rendah.
c.       Menjelaskan predikat hasil pengamatan sebagai berikut.
1)      75% --  100%          = Sangat Berkualitas
2)      50% -- 74%             = Cukup berkualitas
3)      25% -- 49%             = Kurang berkualitas
4)      1% -- 24%   = Tidak berkualitas.
d.      Menjelaskan predikat peningkatan hasil penelitian sebagai berikut.
1)      75% --  100%          = Sangat signifikan
2)      50% -- 74%             = Cukup signifikan
3)      25% -- 49%             = Kurang signifikan
4)      1% -- 24%   = Tidak signifikan.
2.      Deskriptif Kuantitatif, yaitu memaparkan data dengan hitungan statistika sederhana. Analisis deskriptif kuantitatif meliputi:
a.    analisis kemampuan siswa dengan rumus: (20%xNK1 + 30%xNK2 + 50%xNK3)
Keterangan:
F NK1 = nilai tugas kelompok
F NK2 = nilai tugas tindak lanjut
F NK3 = nilai tes tertulis.

b.    analisis rata-rata kelas dengan rumus: Mean =   
Keterangan:
F Mean= rata-rata
F fx    = jumlah nilai dari data
F N       = jumlah siswa sebagai subjek penelitian.

c.    analisis persentase ketuntasan belajar klasikal dengan rumus:  T =   x 100
Keterangan:
F T        = Ketuntasan klasikal
F fx    = jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas
F N       = jumlah siswa sebagai subjek penlitian.
F 100    = konstanta untuk menentukan persentase.

d.      analisis persentase skor pengamatan dengan rumus: P =    x 100
Keterangan:
F P = persentase hasil pengamatan.
F ∑fx = jumlah skor hasil pengamatan
F ∑fM = jumlah skor maksimal
F 100 = konstanta untuk menghitung persentase

e.       analisis persentase perbandingan hasil pengamatan dan kemampuan siswa antarsiklus dengan rumus: H =  =  x 100
Keterangan:
F H       = Hasil perbandingan
F S1      = Hasil selisih kondisi awal dan siklus I
F S2      = Hasil selisih siklus I dan siklus II
F 3        = konstanta untuk menentukan perbandingan
F ∑S     = jumlah selisih nilai antarsiklus
F Na     = Nilai kondisi awal
F 100    = konstanta untuk menentukan peersentase


G.    Validasi Data
Validasi data penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu mendapatkan data yang absah dengan menggunakan sesuatu yang lain dari luar data kemudian dipadukan dengan instrumen dan data penelitian (Bachri, 2010: 56). Validasi data menggunakan triangulasi data dan instrumen, yaitu memadukan data dan instrumen yang berbeda dari data dan instrumen pokok.
1.    Memadukan hasil pengamatan dengan hasil catatan khusus dan sharing guru kolaboran. Hasil pengamatan didukung dan sudah padu dengan hasil catatan khusus dan sharing guru kolaboran.
2.    Memadukan soal tes tetulis dengan kisi-kisi dan tugas kelompok serta tugas tindak lanjut. Nilai kemampuan siswa sudah padu antara soal tes tertulis dengan kisi-kisi, hasil tugas kelompok, dan hasil tugas tindak lanjut. Data kemampuan siswa dapat dinyatakan absah.

H.    Indikator Kinerja Penelitian
Penelitian ini dikategorikan berhasil apabila mencapai indikator:
1.      Mampu mengubah proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa dengan mencapai skor pada kisaran 50% -- 74% atau cukup signifikan.
2.      Mampu meningkatkan kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa dengan mencapai nilai kemampuan pada kisaran 50% -- 74% atau cukup signifikan. 
I.       Prosedur Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
Pembelajaran awal
Penelitian dirancang dengan pendekatan PTK melalui tahapan meliputi: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Berikut tahapan penelitian.
Planning
Reflection
Observation
Action
Planning
Reflection
Observation
Action
Siklus 1
Siklus 2
Siklus ...
 





Gambar 3.2. Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Subyantoro, 2012: 91)
2.      Persiapan Penelitian
a.       Mengajukan izin penelitian kepada kepala sekolah.
b.      Menyusun jadwal penelitian, jadwal dan silabus pembelajaran.
c.       Menyiapkan media wayang kulit seperti contoh berikut.
Gambar. 3.3. Wayang kulit sebagai media pemelajaran

3.      Pelaksanaan Penelitian
a.      Tahap Perencanaan
1)      Menyusun RPP dan perangkat pendukung untuk 2 siklus.
2)      Menyusun instrumen penilaian tes tertulis untuk 2 siklus.
3)      Menyusun lembar pengamatan, catatan dan sharing untuk 2 siklus. 
b.      Tahap Tindakan
1)      Memberi salam, memresensi dan berdoa bersama.
2)      Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
3)      Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
4)      Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
5)      Menunjukkan perangkat wayang kulit sebagai media.
6)      Mencontohkan peragaan wayang kulit kepada siswa.
7)      Memeragakan wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
8)      Menyelesaikan tugas tentang dialog berbahasa jawa.
9)      Memresentasikan hasil tugas tentang dialog berbahasa jawa.
10)  Mengadakan tanya jawab tentang dialog berbahasa jawa.
11)  Memberikan tugas tindak lanjut pekerjaan rumah
12)  Membahas hasil tugas tindak lanjut.
13)  Merefleksi pembelajaran yang telah terlaksana.
14)  Mengadakan penilaian akhir pembelajaran.
15)  Mengoreksi hasil penilaian akhir pembelajaran.
16)  Menyimpulkan hasil proses pembelajaran.
17)  Menjelaskan pembelajaran pertemuan berikutnya.
18)  Menutup dengan salam dan berdoa bersama.
c.       Tahap Pengamatan
1)      Mengamati proses pembelajaran.
2)      Mencatat Kejadian khusus dan sharing dengan guru kolaboran.
d.      Tahap Refleksi
1)      Menganalisis hasil kemampuan siswa dan hasil pengamatan.
2)      Menyusun konsep untuk menentukan penelitian lanjutan.
4.      Penyelesaian Penelitian
a.       Menyusun laporan hasil penelitian.
b.      Mengadakan diseminasi dan pengesahan hasil penelitian.
c.       Menyerahkan laporan hasil penelitian kepada perustakaan.

















BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Kondisi Awal
Proses pembelajaran kondisi awal merupakan bagian tugas pokok dan fungsi penulis sebagai guru. Berikut tahapannya.
1.      Perencanaan Kondisi Awal
Proses pembelajaran diawali dengan penyusunan RPP, perangkat tugas kelompok, dan perangkat penilaian. Penulis mengopi perangkat perencanaan dari satuan pendidikan lain sehingga tidak sesuai dengan kondisi faktual di sekolah. Perencanaan disusun sekedar untuk memenuhi syarat proses pembelajaran.     
2.      Tindakan Kondisi Awal
Proses pembelajaran kondisi awal dilaksanakan 2x pertemuan sesuai jadwal pelajaran untuk Mulok Bahasa Jawa, hari Senin. Pelaksanaan pada tanggal 12 Oktober 2015 dan 19 Oktober 2015. Indikator ketercapaian kompetensi meliputi: menganalisis isi dialog sederhana berbahasa jawa dan melengkapi dialog sederhana berbahasa jawa rumpang.
Pada pembelajaran kondisi awal penulis sebagai guru belum mencerminkan kreativitas dan inovatif. Pembelajaran tidak didukung dengan media pembelajaran. Berjalan monoton dan tidak ada variasi. Berikut pokok-pokok kegiatan pembelajaran kondisi awal.
a.    Kegiatan pendahuluan terdiri: salam dan berdoa bersama, presensi kehadiran siswa, dan penjelasan materi dan tujuan pembelajaran,
b.    Kegiatan inti meliputi: penjelasan konsep dialog sederhana berbahasa jawa, pengerjaan tugas kelompok, presentasi hasil tugas, dan penilaian akhir pembelajaran,
c.    Kegiatan penutup terdiri: penjelasan pembelajaran pertemuan berikutnya, berdoa bersama dan mengucapkan salam.
·         Hasil dari tindakan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Daftar Nilai Kemampuan siswa Kondisi awal
No
Inisial
NA Kemampuan
Keterangan
1
AK
30
B
2
DTW
40
B
3
FKN
80
T
4
FIA
60
B
5
IRA
50
B
6
KRH
75
T
7
KF
25
B
8
MAA
30
B
9
MKU
50
B
10
SL
40
B
11
SKS
75
T
12
SAC
80
T
13
TR
40
B
14
WDF
30
B
15
WB
35
B
16
FF
20
B

·         Analisis hasil tindakan Kondisi Awal sebagai berikut.
a.    Jumlah total nilai kemampuan = 760
b.    Siswa yang tuntas belajar (T) = 4
c.    Siswa yang belum tuntas (B) = 12
d.    Rata-rata kelas =  = 48
e.    Ketuntasan belajar klasikal = = 25%
f.     Rata-rata kelas memperoleh hasil pada kategori rendah karena berada pada kisaran 29% – 50% dan.
g.    Ketuntasan belajar klasikal memperoleh hasil pada kategori amat rendah karena berada pada kisaran 0% -- 28%. 
3.      Pengamatan Kondisi Awal
Pengamatan terhadap proses pembelajaran konvensional. Hasil pengamatan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Daftar Skor Hasil pengamatan Kondisi awal
No
Kegiatan
Skor akhir
1
Memberi salam mempresensi dan berdoa bersama.
2

2
Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
1

3
Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
1

4
Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
1

5
Menyelesaikan tugas kelompok tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
2

6
Mempresentasikan hasil tugas kelompok tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
2

7
Mengadakan tanya jawab tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
1

8
Menyimpulkan hasil proses pembelajaran.
2

9
Memberikan tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
2

10
Menjelaskan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.
1

11
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
3


·         Analisis hasil pengamatan:
a.    Jumlah total skor = 18
b.    Skor tertinggi = 3
c.    Skor terendah = 1
d.    Persentase skor =  = 32%
e.    Persentase pengamatan memperoleh hasil kurang berkualitas karena berada pada kisaran 25% -- 49%.
4.      Refleksi Kondisi Awal
Pembelajaran merupakan kegiatan mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa. Guru harus melaksanakan proses pembelajaran yang ideal dan berkualitas agar siswa memiliki konsep pengetahuan, keterampilan dan sikap secara maksimal. Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, pembelajaran harus berjalan interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan. Indikator tersebut harus tercermin dalam pembelajaran apabila ingin berhasil, utamanya mampu meningkatkan kompetensi siswa.
Penulis sebagai guru menyadari kegagalan dalam pembelajaran berdampak pada kemampuan siswa. Kegagalan tersebut merupakan kesalahan secara pribadi sebagai guru (human error). Perlu melakukan tindakan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan kemudian melakukan penelitian untuk menganlisis hasil tindakan. Sejumlah guru yang telah melaksanakan penelitian menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Penulis sebagai guru termotivasi untuk melakukan penelitian dengan menerapkan tindakan representatif. Kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa merupakan materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
B.     Deskripsi Siklus I
Penelitian siklus I merupakan perbaikan pembelajaran kondisi awal. Penulis sebagai peneliti memilih penelitian terhadap tindakan melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Tahapan penelitian sebagai berikut.
1.      Perencanaan Siklus I
Penelitian siklus I diawali dengan kegiatan mengkaji materi pembelajaran dan menganalisis silabus sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Selanjutnya melakukan kegiatan berikut.
a.       Menyusun RPP dengan indikator pencapaian kompetensi:
1)      Menganalisis isi dialog sederhana berbahasa jawa.
2)      Melengkapi dialog sederhana berbahasa jawa rumpang.
b.      Menyusun Lembar kerja tugas untuk siswa meliputi:
1)      Lembar kerja tugas kelompok untuk 2x pertemuan.
2)      Lembar kerja tugas tindak  lanjut untuk 1x pertemuan.
c.       Menyusun perangkat penilaian terdiri dari:
1)    Kisi-kisi tes tertulis.
2)    Lembar soal tes tertulis.
3)    Kunci jawaban tes tertulis.
d.      Menyusun lembar pengamatan, catatan khusus dan sharing.
2.      Tindakan Siklus I
Pada tahap tindakan, penulis sebagai peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan. Pelaksanaan menyesuaikan jadwal pelajaran Mulok Bahasa Jawa, setiap hari Senin. Tindakan siklus I terlaksana 3x pertemuan, pada tanggal 26 Oktober 2015, tanggal 2 dan 9 November 2015.
Proses pembelajaran terbagi menjadi 3 tahap kegiatan. Kegiatan pendahuluan meliputi: salam, berdoa bersama, presensi kehadiran siswa, apersepsi dan penjelasan materi. Kegiatan inti terbagi menjadi tiga fase, yaitu: eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Fase ekspolorasi merupakan pengenalan media dan penjajakan materi dialog sederhana berbahasa jawa serta mencontohkan tindakan. Fase elaborasi difokuskan memperdalam dialog sederhana berbahasa jawa melalui demonstrasi dengan media wayang kulit.
Dalam elaborasi, siswa harus menyelesaikan tugas kelompok terdiri dari: (a) menganalisis isi dialog berbahasa jawa (pertemuan ke-1) dan (b) melengkapi dialog berbahasa jawa rumpang (pertemuan ke-2). Pada pertemuan ke-3, ada kegiatan pembahasan tugas, ulasan materi pembelajaran dan tes akhir pembelajaran.
Fase konfirmasi dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab tentang dialog sederhana berbahasa jawa. Kegiatan penutup berupa kesimpulan materi dan penjelasan pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke-2 ada tugas tindak lanjut. Proses pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama dan ucapan salam. Berikut gambaran tahap tindakan siklus I.
Gambar. 4.1. Gambaran singkat proses pembelajaran tindakan siklus I
·         Hasil tindakan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Daftar Nilai Kemampuan Siswa Siklus I

No
Inisial
NA Kemampuan
Keterangan
1
AK
70
B
2
DTW
78
T
3
FKN
87
T
4
FIA
68
B
5
IRA
70
B
6
KRH
74
B
7
KF
70
B
8
MAA
82
T
9
MKU
76
T
10
SL
68
B
11
SKS
76
T
12
SAC
95
T
13
TR
74
B
14
WDF
79
T
15
WB
71
B
16
FF
74
B

·         Analisis hasil tindakan berdasarkan data tabel di atas adalah:
a.       Jumlah total nilai kemampuan = 1.212
b.      Siswa yang tuntas belajar (T) = 7
c.       Siswa yang belum tuntas (B) = 9
d.      Rata-rata kelas =  = 76
e.       Ketuntasan belajar klasikal = = 44%
f.       Rata-rata kelas memperoleh hasil pada kategori tinggi karena berada pada kisaran 70% – 84%.
g.      Ketuntasan belajar klasikal memperoleh hasil kategori rendah karena berada pada kisaran 29% -- 54%.
3.      Pengamatan Siklus I
Penulis sebagai peneliti mengamati terhadap keseluruhan kegiatan pembelajaran. Pengamatan dibantu oleh guru kolaboran pada 3x pertemuan. Indikator pengamatan adalah: interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang, dan menyenangkan.
·         Hasil pengamatan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Daftar Skor Hasil Pengamatan Siklus I

No
Kegiatan
Skor akhir
1
Memberi salam mempresensi dan berdoa bersama.
4

2
Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
4

3
Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
5

4
Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
3

5
Menunjukkan perangkat wayang kulit sebagai media.
5

6
Memberikan contoh peragaan dialog sederhana berbahasa jawa dengan media wayang kulit.
4,5

7
Memeragakan dialog sederhana berbahasa jawa dengan media wayang kulit.
4

8
Menyelesaikan tugas kelompok.
4,5

9
Mempresentasikan hasil tugas kelompok.
2,5

10
Mengadakan tanya jawab.
3,5

11
Megoreksi hasil tugas tindak lanjut
5

12
Mengulas proses pembelajaran.
5

13
Mengadakan tes akhir pembalajaran
3

14
Mengoreksi hasil tes akhir pembelajaran
5

15
Menyimpulkan hasil proses pembelajaran.
4

16
Memberikan tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
5

17
Menjelaskan pembelajaran pertemuan berikutnya.
3

18
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
5


·          Analisis hasil pengamatan:
a.    Jumlah total skor = 75
b.    Skor tertinggi = 5
c.    Skor terendah = 2,5
d.    Persentase skor =  = 83%
e.    Persentase hasil pengamatan memperoleh angka pada kisaran 75% -- 100%, kategori sangat berkualitas.
4.      Refleksi Siklus I
Proses pembelajaran dengan tindakan melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit membutuhkan perbaikan. Meskipun memperoleh skor sangat berkualitas tetapi indikator belum tercermin secara keseluruhan. Ada indikator yang belum dapat diikuti oleh siswa sehingga tidak terlihat dalam proses, yaitu inspiratif dan menantang. Perlu mengembangkan inisiatif siswa melalui kegiatan yang inspiratif. Siswa harus diberi tantangan untuk diselesaikan secara individual dan kelompok.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penelitian siklus I belum berhasil memenuhi target yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Target akhir yang harus tercapai adalah ketuntasan belajar klasikal sebesar 75% dari siswa satu kelas. Hasil sharing dengan guru kolaboran, penulis sebagai peneliti harus mengadakan penelitian lanjutan. Kekurangan dan kesalahan penelitian siklus I diperbaiki melalui penelitian siklus II. 
C.    Deskripsi Siklus II
Penelitian siklus II merupakan lanjutan dari penelitian siklus I. Barikut tahapan penelitian.
1.      Perencanaan Siklus II
Kegiatan perencanaan siklus II sama dengan siklus I. Ada pengembangan indikator pencapaian kompetensi, yaitu:
a.       Melengkapi dalog sederhana berbahasa jawa rumpang.
b.      Menulis dialog sederhana berbahasa jawa berdasarkan tema.
2.      Tidakan Siklus II 
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan siklus I. Penelitian dilaksanakan 3x pertemuan, pada tanggal 16, 23 dan 30 November 2015. Proses pembelajaran dibagi menjadi 3 tahap, pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Fase kegiatan terdiri dari fase ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Ada pengembangan kegiatan menyelesaikan tugas kelompok, yaitu:
a.       Melengkapi dialog sederhana rumpang pada pertemuan ke-1.
b.      Menulis dialog sederhana berdasarkan tema pada pertemuan ke-2.    
Berikut gambaran singkat proses pembelajaran siklus II
Gambar 4.2. Gambar singkat proses pembelajaran tindakan siklus II
·         Hasil tindakan siklus II dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Daftar Nilai Kemampuan Siswa Siklus II

No
Inisial
NA Kemampuan
Keterangan
1
AK
85
T
2
DTW
95
T
3
FKN
100
T
4
FIA
93
T
5
IRA
89
T
6
KRH
98
T
7
KF
84
T
8
MAA
93
T
9
MKU
81
T
10
SL
83
T
11
SKS
93
T
12
SAC
94
T
13
TR
86
T
14
WDF
96
T
15
WB
90
T
16
FF
84
T

·         Analisis hasil tindakan berdasarkan data tabel di atas adalah:
a.       Jumlah total nilai kemampuan = 1.444
b.      Siswa yang tuntas belajar (T) = 16
c.       Siswa yang belum tuntas (B) = 0
d.      Rata-rata kelas =  = 90
e.       Ketuntasan belajar klasikal = = 100%
f.       Rata-rata kelas memperoleh hasil pada kategori amat tinggi karena berada pada kisaran 85% – 100% dan melebihi target KKM.
g.      Hasil ketuntasan belajar klasikal pada kategori amat tinggi karena berada kisaran 85% -- 100% dan melebihi target minimal. 
3.      Pengamatan Siklus II
Pada pengamatan siklus II sama dengan siklus I.
·         Hasil pengamatan siklus II dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.6. Daftar Skor Akhir Hasil Pengamatan Siklus II

No
Kegiatan
Skor akhir
1
Memberi salam mempresensi dan berdoa bersama.
5

2
Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
5

3
Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
5

4
Menunjukkan perangkat wayang kulit sebagai media.
4

5
Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
5

6
Mencontohkan peragaan wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
5

7
Memeragakan wayang kulit dengan dialog sederhana berbahasa jawa.
5

8
Menyelesaikan tugas tentang dialog sederhana berbahasa jawa dalam kelompok.
4,5

9
Mempresentasikan hasil tugas dialog sederhana berbahasa jawa.
4

10
Mengadakan tanya jawab tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
5

11
Mengoreksi hasil tugas tindak lanjut
5

12
Mengulas peragaan wayang kulit dengan dialog sederhana berbahasa jawa.
5

13
Mengadakan tes akhir pembelajaran.
5

14
Mengoreksi hasil tes akhir pembelajaran.
5

15
Menyimpulkan hasil proses pembelajaran.
4

16
Memberikan tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
5

17
Menjelaskan pembelajaran pertemuan berikutnya.
5

18
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
5


·         Analisis hasil pengamatan
a.    Jumlah total skor = 86,5
b.    Skor tertinggi = 5
c.    Skor terendah = 4
d.    Persentase skor =  = 96%
e.    Persentase pengamatan menunjukkan proses pembelajaran sangat berkualitas karena berada pada kisaran 75% -- 100%.
4.      Refleksi Siklus II
Penulis sebagai peneliti sangat memahami konsep teori yang menjelaskan bahwa inisiatif dan antusiasme siswa sangat tergantung situasi dan kondisi pribadi siswa. Bahkan menjadi karakter yang berkembang dalam pribadi siswa sebagai individu. Pembelajaran melalui tindakan metode demonstrasi dengan media wayang kulit sangat berkualitas. Pembelajaran tergolong ideal karena secara umum indikator tercermin dalam proses.
Berdasarkan penilaian tugas dan tes tertulis, kemampuan siswa mengalami fluktuasi hasil. Akan tetapi, secara umum sudah mencapai nilai setara KKM yang ditentukan sekolah. Dapat dikategorikan siswa memiliki kompetensi dalam pembelajaran kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa. Hasil akhir penelitian sudah memenuhi target awal sehingga tidak memerlukan penelitian lanjutan.

D.    Pembahasan
1.      Pembahasan setiap Siklus
Data pengamatan kondisi awal menunjukkan proses pembelajaran kurang berkualitas. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran, ada yang memperoleh skor 1 merupakan skor terendah. Skor tertinggi 3 dan hanya tercermin pada kegiatan berdoa dan memberi salam. Terindikasi indikator pembelajaran sesuai Permendiknas Nomor 41 Tahun 20017 tidak tercermin dalam keseluruhan kegiatan. Perlu diperbaiki dengan sebuah tindakan yang representatif.
Data hasil penilaian akhir kondisi awal menunjukan siswa yang memperoleh nilai > 75 atau tuntas belajar sebanyak 4 siswa. Yang memperoleh nilai < 75 atau belum tuntas belajar sebanyak 12 siswa.  Hasil ini menunjukkan siswa yang tuntas lebih sedikit atau sebesar 25% berbanding dengan siswa yang belum tuntas atau sebesar 75%. Memperoleh rarta-rata kelas mencapai 48 dan berada di bawah KKM sebesar 75. Menunjukkan kemampuan siswa tergolong sangat rendah.
Hasil pengamatan siklus I menunjukkan pembelajaran berjalan sangat berkualitas. Akan tetapi, ada kegiatan belum mencerminkan indikator secara sempurna sehingga memperoleh skor terendah 2,5. Ada kegiatan yang mencerminkan indikator secara sempurna sehingga memperoleh hasil skor 5 merupakan skor tertinggi. Dari catatan khusus terpapar ada siswa berkeliaran ketika menyelesaikan tugas kelompok. Ketika pelaksanaan tes tertulis, ada siswa tiduran di atas meja. Perlu bimbingan sikap agar tidak terulang pada pembelajaran berikutnya.
Hasil analisis nilai kemampuan siswa siklus I menunjukkan kurang seimbang antara rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar klasikal. Siswa yang tuntas belajar atau memperoleh hasil akhir > 75 sebanyak 7 siswa atau sebesar 44% dan siswa yang memperoleh hasil akhir < 75 sebanyak 9 siswa atau sebesar 56%. Hasil tersebut menunjukkan siswa yang tuntas belajar lebih sedikit dari pada yang belum tuntas. Secara klasikal memperoleh rata-rata nilai mencapai 76 atau kategori tinggi. Perlu melakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis peningkatan kemampuan siswa.
Pengamatan pada siklus II menunjukkan proses pembelajaran sangat berkualitas. Keseluruhan kegiatan pembelajaran mencerminkan indikator secara sempurna dan memperoleh skor 5 merupakan skor tertinggi. Ada kegiatan mencerminkan indikator kurang sempurna sehingga memperoleh tertinggi 4 merupakan skor terendah. Persentase skor mencapai 96% dan mendekati standar tertinggi. Tercatat secara khusus ada kelompok tidak serius menyelesaikan tugas. Ada siswa yang menyontek hasil tes siswa lain. Perlu bimbingan khusus dari guru agar tidak mengganggu kelompok lain atau siswa lain. Secara umum, penulis sebagai guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang ideal.
Kemampuan siswa siklus II menunjukkan hasil amat tinggi dan terjadi keseimbangan antara rata-rata kelas dan ketuntasan belajar klasikal. Hasil analisis menunjukkan rata-rata kelas mencapai 90 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. Semua siswa berjumlah 16 sudah memperoleh nilai akhir sebesar > 75 dan tuntas belajar. Tidak ada siswa yang belum tuntas atau memperoleh nilai akhir sebesar < 75. Secara  umum, penulis sebagai guru mampu mambawa siswa memperoleh kompetensi dalam menulis dialog sederhana berbahasa jawa dengan indiktor memperoleh nilai setara dengan KKM.
2.      Pembahasan Antarsiklus 
Perubahan proses pembelajaran dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II tercermin pada sintak kegiatan pembelajaran. Dalam instrumen pengamatan, kondisi awal ada 11 kegiatan, siklus I dan siklus II ada 18 kegiatan yang menjadi objek pengamatan. Kekurangan dan masalah dalam pembelajaran diperbaiki antarsiklus. Siswa sacara khusus tercatat melakukan kesalahan, baik secara individual maupun kelompok tidak terlihat lagi dalam siklus berikutnya. Ada juga diperbaiki seketika dalam pembelajaran siklus tersebut melalui bimbingan. Pada siklus II tidak ada kesalahan fatal tampak dalam pembelajaran.
Peningkatan kemampuan siswa tercermin pada ketuntasan belajar. Dari kondisi awal ke siklus I peningkatan ketuntasan belajar klasikal tidak drastis. Peningkatan drastis terjadi dari siklus I ke siklus II. Dari siklus ke siklus hanya ada 1 siswa meraih nilai sempurna atau 100. Ini disebabkan oleh sistem analisis nilai kemampuan siswa dengan menggabungkan nilai tugas kelompok, tugas tindak lanjut dan tes tertulis. Ada siswa tuntas tugas kelompok atau tindak lanjut tetapi tidak tuntas tes tertulis. Secara umum, siswa berkompetensi meraih KKM.
  
E.     Hasil Penelitian
Proses pembelajaran mencerminkan indikator interkatif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan dan menantang. Hal tersebut terindikasi pada hasil pengamatan yang telah dianalisis dengan persentase. Persentase skor hasil pengamatan pada kondisi awal sebesar 32%, siklus I sebesar 83% dan siklus II sebesar 96%. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 51% dan siklus I ke siklus II sebesar 13%. Perhitungan peningkatan  =  = 21%. Persentase peningkatan  x 100 = 66%. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan kategori cukup signifikan berada pada kisaran 50% -- 74%.
Kemampuan siswa terlihat pada perolehan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Rata-rata nilai siswa dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 28 dan siklus I ke siklus II sebesar 14. Perhitungan peningkatan rata-rata sebesar  =  = 13. Persentase sebesar = 29%. Hasil ketuntasan belajar klasikal dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 19% dan siklus I ke siklus II sebesar 56%. Perhitungan peningkatan  =  = 25%. Persentase peningkatan   x 100 = 100%. Perhitungan peningkatan kemampuan siswa menjadi  =  = 64,5% dan menunjukkan peningkatan cukup signifikan berada pada kisaran 50% -- 74%.
Hasil penelitian sudah sesuai dengan konsep teoretis menurut Warsono dan Hariyanto (2014: 17) menjelaskan bahwa “untuk mengubah pembelajaran menjadi berkualitas dan meningkatkan hasil belajar siswa perlu pembelajaran aktif dengan menerapkan metode kreatif dan media pembelajaran inovatif. Guru harus melakukan variasi dalam pembelajaran agar berhasil sukses.”

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Proses pembelajaran kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit di Kleas IV SD Negeri 1 Babaktulung mengalami perubahan cukup signifikan dengan indikator peningkatan sebesar 66%. Proses pembelajaran mencerminkan indikator sesuai Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan, yaitu interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan bagi siswa.
2.      Kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung mengalami peningkatan sebesar 64,5% pada kategori cukup signifikan. Indikator kemampuan siswa tercermin dari hasil persentase ketuntasan belajar klasikal dan rata-rata nilai yang dianalisis dari tugas kelompok, tindak lanjut dan tes tertulis.

B.     Saran-saran
1.      Bagi Siswa
Semua siswa disarankan serius dan aktif mengikuti pembelajaran. Sintak pembelajaran dijalani sesuai dengan metode yang diterapkan oleh guru. Membuat suasana kelas tenang, kondusif dan tidak gaduh. Harus memiliki insiatif dan menghadapi tantangan pembelajaran tanpa menunggu perintah dan tugas dari guru. Untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, siswa harus tekun belajar.
2.      Bagi Guru
Setiap guru diharapkan memunculkan ide kreatif dan inovatif setiap melaksanakan proses pembelajaran. Selalu menciptakan pembelajaran aktif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Mengoptimalkan sarana yang tersedia sebagai media pembelajaran untuk menciptakan pemahaman siswa menjadi konkret. Harus mampu mengubah paradigma pembelajaran interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan.  







DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Sri. 2013. (Ed) Kerangka Teoretis dan Kerangka Berpikir. Penggunaan Media Wayang kulit dalam Pembelajaran Bahasa jawa untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis cerita bagi Siswa Kelas IV SD N 2 Ngraci Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013. (PTK) Tidak dipublikasikan.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Surabaya: Unesa

Bastomi, Swaji. 2010. Gelis Kenal Wayang. Jakarta: Depdiknas

Decaprio, Richard. 2014. Aplikasi Pembelajaran Keterampilan di Sekolah. Jakarta: Diva Press

Hariyanto. 2013. (Ed) Karangka Teoretis dan Kerangka Berpikir. Meningkatkan Hasil belajar IPA melalui Metode Demonstrasi bagi Siswa Kelas IV SDN 2 Karangmangu Semester 1 Tahun pelajaran 2013/2014. (PTK): Tidak dipublikasikan.

Hariyadi. 2012. Konsep Pembelajaran Bahasa Jawa di SD/MI. Tuban: Unirow

Herawati, Nanik dkk. 2008. Kulina Bahasa Jawa Kangge Kela IV SD/MI. Klaten: Intan Pariwara


Karso. 2013. (Ed) Intisari Belajar Bahasa Jawa di Sekolah Dasar.(Modul): dicetak untuk lingkungan SD se-Kecamatan Sarang.

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tentang Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Kresna, Ardian. 2012. Mengenal Dunia Wayang Melalui Pembelajaran. Jogjakarta: Laksana

Notopertomo, Margono. 2012. Mengenal Tokoh Wayang sambil Bermain dalam Pembelajaran. Klaten: Hafima

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Nasional (Ed) Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Subyantoro. 2012. Peneltian Tindakan Kelas, Teori dan Praktik Referensi bagi Guru. Semarang: Unnes Press

Sunoto. 2014. Konsep Metode Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tuban: Mulya Abadi

Suyanto. 2014. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar. Klaten: Sahabat

Oktavianti, Ika, dan Ratnasari, Yuni. 2018. Etnopedagogi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar Melalui Media Berbasis Kearifan Lokal. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8 (2).

Warih, Jatarahayu. 2013. Rangkuman Pengetahuan Wayang. Surakarta: Tiga Serangkai

Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif, Teori dan Assesment. Bandung: Remaja Rosdakarya





Komentar