PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG BERBAHASA JAWA MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA WAYANG KULIT BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BABAKTULUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Guru
harus mampu membawa siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Siswa yang berkompeten mampu mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah. Pada tahun pelajaran
2019/2020, SD Negeri 1 Babaktulung menentukan KKM untuk mata pelajaran Bahasa Jawa
sebesar 75. Siswa dikategorikan berkompetensi apabila memperoleh nilai akhir
minimal 75. Guru juga harus mampu mencapai ketuntasan klasikal paling sedikit
sebesar 75% dari jumlah siswa di kelas. Apabila guru mampu mencapai indikator
tersebut, baik secara individual maupun klasikal dikategorikan ideal.
Pengalaman
dalam pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa menunjukkan kompetensi
siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung sangat rendah. Mayoritas siswa belum
mampu mencapai nilai akhir setara dengan KKM. Berdasarkan hasil penilaian akhir,
siswa yang memperoleh nilai 75 atau lebih hanya ada 4 siswa atau sebesar 25%
dari 16 siswa. Penulis sebagai guru gagal memenuhi target ketuntasan belajar klasikal
sehingga dikategorikan kurang ideal.
Kegagalan
tersebut disebabkan oleh kesalahan yang bersifat manusiawi (human error) dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Penulis sebagai guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton
dan berpusat pada aktifitas guru (teacher
oriented). Siswa hanya diberi penjelasan kemudian mengerjakan tugas hingga
selesai. Tidak ada kesempatan berkomunikasi bagi siswa, baik dengan guru maupun
dengan siswa lainnya. Suasana proses pembelajaran sangat menjenuhkan bagi siswa.
Perlu ada tindakan untuk mengubah proses pembelajaran menjadi lebih representatif
bagi siswa.
Metode
demonstrasi dengan media wayang kulit menjadi alternatif untuk mengubah
pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa bagi siswa kelas IV SD
Negeri 1 Babaktulung. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui peragaan dengan
media wayang kulit. Guru memberikan contoh peragaan dua tokoh wayang kulit yang
berdialog dalam bahasa jawa kemudian diikuti oleh siswa. Peragaan wayang kulit
dilakukan secara berpasangan, baik dalam kelompok maupun klasikal. Penulis sebagai
guru berharap melalui penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit
dapat mengubah paradigma pembelajaran berorientasi pada aktifitas siswa (student
oriented).
Perbaikan
pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa perlu dilakukan karena
merupakan salah satu materi keterampilan berbahasa esensial dalam pembelajaran
Bahasa Jawa. Penerapan metode demonstrasi mengikuti pendapat Decaprio (2014: 43)
“penguasaan siswa terhadap keterampilan berbahasa lebih baik dikuatkan dengan
gambaran nyata melalui peragaan dengan media”. Wayang kulit merupakan salah
satu wujud kearifan lokal yang perlu dikenalkan kepada siswa. Menurut Kresna
(2012: 62) “wayang kulit dapat dipergunakan sebagai media dalam pembelajaran
untuk mengenalkan seni lokal kepada siswa.”,
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan dengan
menerapkan metode demonstrasi dengan media wayang kulit dalam pembelajaran
Bahasa Jawa. Melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit diharapkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis dialog berbahasa jawa. Judul penelitian adalah “Peningkatan Kemampuan
Menulis Dialog Berbahasa Jawa Melalui Metode Demonstrasi dengan Media Wayang
Kulit bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten
Rembang Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.”
B.
Identifikasi Masalah
Masalah
yang teridentifikasi sebagai berikut.
1. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran sehingga kurang
menarik perhatian siswa.
2. Guru kurang kreatif dan inovativ dalam pembelajaran sehingga proses
pembelajaran berjalan monoton.
3. Kemampuan siswa dalam menulis dialog berbahasa jawa sangat rendah
karena hanya diberi penjelasan dan tugas.
4. Siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran karena tidak ada
komunikasi dengan guru atau dengan siswa lainnya.
5. Suasana pembelajaran sangat menjenuhkan karena aktivitas guru
sangat dominan (teacher oriented).
C.
Pembatasan Masalah
Penelitian
ini dibatasi pada masalah berikut.
1.
Proses
pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa yang gagal memenuhi syarat
ideal.
2.
Kemampuan
siswa dalam menulis dialog berbahasa jawa tergolong masih rendah karena belum
memenuhi standar KKM.
D.
Pemecahan Masalah
Masalah
penelitian ini dipecahkan melalui penerapan metode demonstrasi dengan media
wayang kulit. Siswa memeragakan dialog berbahasa jawa dengan media wayang
kulit.
E.
Rumusan Masalah
Masalah
penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan:
1.
Bagaimanakah
proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode
demonstrasi dengan media wayang kulit di kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan
Sedan Kabupaten Rembang semester I tahun pelajaran 2019/2020?
2.
Seberapa
besar peningkatan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode
demonstrasi dengan media wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1
Babaktulung semester I tahun pelajaran 2019/2020?
F.
Tujuan Penelitian
Selaras
dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mendeskripsikan
proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode
demonstrasi dengan media wayang kulit di kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung pada semester
I tahun pelajaran 2019/2020.
2.
Menganalisis
peningkatan kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui metode demonstrasi
dengan media wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung pada semester
I tahun pelajaran 2019/2020.
G.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk kepentingan berikut.
1.
Manfaat Teoretis
Secara
teoretis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk:
a.
Mengetahui
konsep teori metode demonstrasi dan media wayang kulit sebagai elemen
pembelajaran.
b.
Menguasai
konsep menulis dialog berbahasa jawa sebagai materi esensial dalam pembelajaran
Bahasa Jawa.
2.
Manfaat Praktis
Secara
praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat:
a.
Bagi Siswa
Siswa
dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)
Berlatih
memeragakan wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
2)
Meningkatkan
kemampuan menulis dialog berbahasa jawa.
b.
Bagi Guru
Guru
dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)
Memperbaiki
proses pembelajaran melalui penerapan metode dan media representatif, kreativ
dan inovatif.
2)
Meningkatkan
kemampuan menulis dialog berbahasa jawa bagi siswa.
c.
Bagi Sekolah
Sekolah
dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk:
1)
Memperkaya
khasanah pustaka tentang hasil penelitian pada perpustakaan sekolah.
2)
Memotivasi
guru agar mampu melakukan penelitian sebagai bentuk tindakan reflektif terhadap
proses pembelajaran.
BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Kerangka Teoretis
1.
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode yang diterapkan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan cara memberikan contoh konkret melalui peragaan (Decaprio,
2014: 36). Menurut Teguh (2015) metode demonstrasi dilaksanakan melalui langkah
peragaan dengan media untuk memahamkan materi secara konkret. Metode
demonstrasi dikaksanakan melalui peragaan dengan media untuk menumbuhkan
pemahaman konkret.
Berikut
prinsip metode demonstrasi menurut Sunoto (2014: 56).
a. Menyediakan media representatif yang akan diperagakan siswa sesuai
materi dan tujuan pembelajaran.
b. Mengatur waktu yang efektif untuk memeragakan media agar tidak
berlarut-larut dalam proses pembelajaran.
c. Menata ruangan agar siswa lebih leluasa dalam melaksanakan peragaan
dan terlihat oleh siswa yang lainnya.
d. Menyiapkan materi pembelajaran yang diperagakan secara tepat agar
tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran.
Berikut
kelebihan metode demonstrasi menurut kesimpulan Hariyanto (2013: 18).
a. Memusatkan perhatian siswa pada materi dan tujuan yang dinilai krusial
dan urgen dalam proses pembelajaran.
b. Merangsang minat dan motivasi siswa untuk lebih aktif mengikuti
proses pembelajaran.
c. Membantu siswa untuk mempertahankan ingatan tentang konsep dan
pegetahuan baru lebih lama.
d. Menghilangkan paham verbalisme menuju pemahaman konkret sehingga
mengurangi kesalahpahaman siswa.
Kekurangan
metode demonstrasi menurut Hariyanto (2013:19):
a. Membutuhkan waktu yang cukup lama dan ruang yang cukup luas agar
peragaan berjalan efektif.
b. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak tidak dapat
mengamati peragaan secara jelas.
c. Sangat bergantung pada media pembelajaran sehingga apabila tidak
ada media representatif tidak akan berjalan efektif.
d. Membawa siswa ke arah pemikiran yang konkret saja dan kurang mampu
dalam hal yang bersifat abstrak.
Langkah
metode demonstrasi menurut Decaprio (2014: 48-49):
a. Mempersiapkan garis besar langkah demonstrasi.
b. Melakukan uji coba demonstrasi dengan peragaan.
c. Menjelaskan tugas siswa, baik individu maupun kelompok.
d. Memulai demonstrasi untuk merangsang siswa.
e. Memberikan kesempatan siswa untuk aktif melalukan demonstrasi.
f. Mengadakan tanya jawab dengan siswa.
g. Mengulas materi yang telah didemonstrasikan sebagai kesimpulan.
h. Mengadakan evaluasi bersama untuk perbaikan.
2.
Media Wayang Kulit
Media
diartikan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Dalam
pembelajaran pesan merupakan materi pembelajaran dan audiens adalah
siswa (Arsyad, 2014: 4). Menurut Latifatun (2015) merupakan alat bantu untuk memperjelas
materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Media adalah alat bantu untuk
menyampaikan pesan dalam komunikasi biasa dan pembelajaran.
Wayang
kulit menurut Bastomi (2012: 3) adalah seperangkat alat seni tradisional
berbentuk bayangan tokoh dan terbuat dari kulit bintang. Wayang kulit diartikan
alat seni terbuat dari kulit binatang dan menggambarkan simbol dari tokoh (Warih,
2013: 7). Wayang kulit adalah alat seni yang terbuat dari kulit binatang dan
menggambarkan tokoh. Media wayang kulit sebagai alat bantu pembelajaran dengan
menggunakan tiruan tokoh yang terbuat dari kulit binatang. Berikut contoh media
wayang kulit.
Gambar
2.1. Contoh media Wayang kulit (Sumber: http://www.wikipedia.go.id
:2015)
Esensi
media wayang kulit menurut Notopertomo (2012: 24):
a. Motivasi karakter, penggunaan media wayang kulit dapat mendorong pembentukan
karakter sesuai dengan tokoh wayang.
b. Penyelarasan seni, peragaan media wayang kulit harus selaras agar siswa dapat
menikmati dan memahami makna seninya.
c. Tujuan bernilai, penggunaan media wayang kulit harus ada tujuan yang memancarkan
nilai pembelajaran.
d. Fleksibilitas cara, cara untuk memeragakan media wayang kulit dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan.
e. Kamuflase bayangan, media wayang kulit memberikan gambaran cerita melalui bayangan
dari tiruan tokoh.
Berikut
manfaat media wayang kulit menurut Kresna (2012: 126).
a. Menanamkan pendidikan karakter melalui penggambaran watak tokoh
wayang dalam pembelajaran.
b. Mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini pada generasi
muda di era globalisasi dalam pembelajaran.
c. Menginternalisasikan nilai budaya dan jati diri bangsa melalui
peragaan wayang dalam pembelajaran.
d. Mengekspresikan potensi kreativitas anak bangsa melalui kegiatan
seni budaya lokal dalam pembelajaran.
Berikut
kelebihan media wayang kulit menurut Warih (2013: 27).
a. Media wayang kulit mudah diperoleh dengan harga terjangkau atau
menciptakan sendiri dengan bahan yang mudah diperoleh.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran
karena ketertarikan pada media wayang kulit.
c. Membantu siswa untuk melakukan komunikasi dengan lingkungan melalui
peragaan antartokoh dari media wayang kulit.
d. Membangun kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
memeragakan dan membuat media wayang kulit.
Berikut
kekurangan media wayang klit menurut Warih (2013: 29).
a. Membutuhkan waktu dan tempat yang cukup luas untuk peragaan media
wayang kulit secara utuh.
b. Tidak semua orang mampu memeragakan media wayang kulit, oleh karena
itu membutuhkan ketekunan dalam belajar.
c. Sangat rentan terhadap kerusakan, karena itu dalam menggunakan
media wayang kulit harus berhati-hati.
d. Tidak semua tiruan tokoh dari media wayang kulit dapat diterapkan
dalam pembelajaran sehingga sering kurang tepat dalam peragaan.
Berikut
prinsip penggunaan media wayang kulit menurut Kresna (2012: 41).
a. Merencanakan penggunaan media dengan cermat agar alur cerita sesuai
dengan proses pembelajaran.
b. Menata lingkungan untuk belajar agar dapat mencukupi media wayang
kulit sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Mengomunikasikan permainan wayang kulit dengan peragaan dialog
antartokoh agar selaras.
3.
Kemampuan Menulis Dialog Berbahasa Jawa
Menulis
dialog berbahasa jawa atau disebut pacelathon menurut Karso (2013: 124)
berarti pengungkapan bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih pada bentuk
lambang bunyi dalam Bahasa Jawa. Menulis dialog berbahasa jawa diartikan
sebagai bentuk penulisan percakapan antara dua tokoh atau lebih yang
menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa pengantar dan disebut pacelathon (Suyatno,
2014: 38). Kemampuan menulis dialog berbahasa jawa atau pacelathon menurut
Karso (2013: 126) memberikan kemampuan dasar kepada siswa untuk mengalihkan
kegiatan bahasa lisan antara dua tokoh atau lebih ke dalam bahasa tulis dengan
bahasa jawa sebagai pengantar. Berikut contoh dialog berbahasa jawa atau pacelathon.
|
Pacelathon
Akbar : “Bu, kulo nuwun artha.”
Ibu : “kanggo apa?”
Akbar : “kangge nyelengi.”
Ibu : “nyelengi ana
ngendi?”
Akbar : “wonten sekolahan.”
Ibu : “yen ngono, sesuk dak paringi.”
Akbar : “matur nuwun, Ibu.”
|
Gambar
2.2. Contoh dialog berbahasa jawa (Sumber: Herawati, 2008: 14)
Berkut
langkah menulis dialog berbahasa jawa menurut Karso (2013:158).
a. Menentukan masalah atau topik yang akan dipercakapkan.
b. Menentukan tokoh dan karakter yang akan melakukan percakapan.
c. Menyusun butir-butir percakapan yang akan diperbincangkan.
d. Mengembangkan butir-butir percakapan menjadi dialog utuh.
Berikut
prinsip pembelajaran menulis dialog berbahasa jawa menurut Hariyadi (2012: 79).
a. Menggunakan bahasa yang efektif dan komunikatif.
b. Menyesuaikan antara tema dan isi dialog atau pacelathon.
c. Memperhatikan isi cerita dan peran tokoh yang berdialog.
d. Menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar.
e. Menentukan kalimat yang efektif dalam penulisan dialog.
4.
Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah dasar
Dalam
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 423.5/5/2010 dijelaskan bahasa jawa harus
dibelajarkan kepada siswa dalam bentuk muatan lokal. Menurut Hariyadi (2012: 6)
dengan pembelajaran Bahasa Jawa, sekolah tidak kehilangan relevansi terhadap
kepentingan dan karakterisitik daerah. Menjamin penguasaan kecakapan hidup (life
skill), pengetahuan akademik, dan pengembangan kepribadian bangsa.
Berikut
tujuan Bahasa Jawa menurut Hariyadi (2012: 12).
a. Membangun siswa agar menghargai dan membanggakan Bahasa Jawa
sebagai bahasa ibu.
b. Kemampuan berbahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, dan kemapanan sosial.
c. Siswa memliliki penguasaan keterampilan berbahasa dengan tepat
untuk kepentingan komunikasi dengan berbagai tujuan dan situasi.
d. Mengondisikan siswa mampu mengapresiasi Bahasa Jawa sebagai
kearifan lokal yang perlu dikuasai oleh lingkungan
Berikut
manfaat pembelajaran Bahasa Jawa dalam KTSP (2006).
a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk melestarikan dan
mengembangkan budaya kearifan lokal.
b. Penyebarluasan pemakaian Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam
berbagai keperluan untuk berkomunikasi.
c. Penguatan pemahaman terhadap
ragam budaya melalui khazanah kesusastraan lokal yang menjadi aset budaya di
Indonesia.
d. Pembinaan persatuan dan penguatan pendidikan karakter melalui
penggunaan bahasa jawa yang santun.
Lingkup
pembelajaran bahasa jawa menurut Karso (2013: 24):
a. Aspek kemampuan berbahasa meliputi: mendengarkan (nyemak),
berbicara (micara), membaca (maca), dan menulis (nulis).
b. Aspek kemampuan bersastra (parama sastra) meliputi: apresiasi
karya sastra (nguri sastra) dan menciptakan karya sastra sederhana (nganggit
sastra).
B.
Penelitian yang Relevan
Penelitian
lain yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1.
Penelitian
oleh Hariyanto berjudul “Meningkatkan Keterampilan Memahami Isi Cerita
Melalui Metode Demonstrasi bagi Siswa Kelas V SD N 2 Karangmangu Kecamatan
Sarang Kabupaten Rembang Semester 1 Tahun pelajaran 2013/2014.” Persamaan
dengan penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi.
2.
Penelitian
oleh Sri Arafah berjudul “Penggunaan Media Wayang kulit dalam Pembelajaran
Bahasa Jawa untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita bagi Siswa Kelas IV SD
N 2 Ngraci Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013.”
Persamaan penelitian dengan penelitian ini pada penggunaan media wayang
kulit dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
C.
Kerangka Bepikir
Dengan
pembelajaran konvensional, siswa tidak memperoleh kompetensi yang maksimal.
Hasil akhir pembelajaran menunjukkan kompetensi menulis dialog berbahasa jawa
dari siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung tergolong sangat rendah. Nilai yang
diperoleh siswa rata-rata berada di bawah KKM. Siswa yang tuntas belajar hanya
4 anak atau 25% dari 16 siswa. Perlu tindakan representatif karena kemampuan
menulis dialog berbahasa jawa merupakan materi esensial dalam pembelajaran
Bahasa Jawa.
Tindakan
untuk menunjang keberhasilan adalah melalui metode demonstrasi dengan media
wayang kulit. Menurut konsep teoretis, guru cukup memberikan contoh peragaaan
dengan media wayang kulit. Siswa dapat berkreasi meniru peragaan dan aktif
dalam pembelajaran untuk menguasai konsep dialog berbahasa jawa atau pacelathon.
Metode demonstrasi dengan media wayang kulit menghilangkan verbalisme dan
menumbuhkan pemahaman konkret.
Pemikiran
juga didukung adanya penelitian terhadap penerapan metode demonstrasi dan
penggunaan media wayang kulit. Hasil penelitian menunjukkan fakta keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Tindakan tersebut dapat memperbaiki proses
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Berikut skema dari kerangka
berpikir.
|
Kondisi akhir
Perubahan proses
pembelajaran menjadi berkualitas dan meningkatkan kemampuan menulis dialog
berbahasa jawa bagi siswa.
|
|
Tindakan
Metode
demonstrasi dengan media wayang kulit dilaksanakan berdasarkan hasil
penelitian yang relevan dan didukung kerangka teoretis.
|
|
Kondisi awal
Pembelajaran tidak menggunakan media,
berjalan monoton dan kemampuan siswa tergolong rendah.
|
Gambar
2.3. Skema Kerangka Berpikir
D.
Hipotesis Penelitian
1.
Pembelajaran
melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit menjadi cukup signifikan
dengan skor berkisar 50% -- 74%.
2.
Penerapan
metode demonstrasi dengan media wayang kulit dapat meningkatkan kemampuan
menulis dialog berbahasa jawa cukup signifikan dengan skor berkisar 50% -- 74%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.
Tepatnya pada kelas IV karena penulis sebagai Kepala Sekolah mendapat bagian
mengajar di kelas IV untuk mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa. Ruang Kelas
IV cukup luas dan ada perangkat wayang kulit.
2.
Waktu Penelitian
|
Siklus I
Perencanaan
Tanggal 24 Oktober 2015
Tindakan dan
Pengamatan Tanggal 26 Oktober, 2 dan 9 November 2015
Analisis dan
Refleksi Tanggal
10 – 11 November
2015
|
|
Kondisi Awal
Pembelajaran Tanggal
12 dan 19 Oktober 2015
Analisis dan
Identifikasi masalah Tanggal 20 Oktober 2015
Refleksi
pembelajaran awal Tanggal 22 Oktober 2015
|
|
Siklus II
Perencanaan
Tanggal 14 November 2015
Tindakan dan
Pengamatan Tanggal 16, 23 dan 30 November 215
Analisis dan
Refleksi Tanggal 2-3 Desember 2015
|
Gambar 3.1. Bagan Waktu Penelitian.
B.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung Kecamatan Sedan
Kabupaten Rembang dalam proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa
jawa. Pada tahun pelajaran 2019/2020 jumlah siswa klas IV ada 16 siswa yang
terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Karakteristik umum dari
siswa ketika mengikuti proses pembelajaran kurang termotivasi untuk aktif. Berdasarkan
hasil penilaian sebelumnya, intake siswa tergolong di bawah rata-rata. Membutuhkan
tindakan yang tepat untuk memotivasi agar aktif dan meningkatkan kemampuan.
C.
Data dan Sumber data Penelitian
1.
Data
penelitian terdiri:
a.
Hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa
melalui metode demonstrasi dengan media wayang kulit.
b.
Hasil
pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa yang meliputi: tugas
kelompok, tugas tindak lanjut dan tes tertulis akhir pembelajaran.
2.
Sumber
data peneltian berasal dari: proses
a. Proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa melalui
metode demonstrasi dengan media wayang kulit.
b. Hasil catatan khusus dan sharing dengan guru kolaboran.
D.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Teknik Penilaian
Penilaian
dalam penelitian ini adalah penilaian tugas dan tes. Tugas terdiri tugas
kelompok dan tugas tindak lanjut. Tes berbentuk tes tertulis, yaitu bentuk soal
tertulis, dijawab oleh siswa secara tertulis. Kompetensi yang dinilai: (a)
Menganalisis isi dialog, (b) Melengkapi dialog rumpang, dan (c) Menulis dialog sederhana
berdasarkan tema.
2.
Teknik Pengamatan
Pengamatan
dilaksanakan bersamaan dengan tindakan. Objek yang diamati proses pembelajaran melalui
metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Indikator yang diamati meliputi:
a. Interaktif, terjadi komunikasi antara siswa dengan guru.
b. Inspiratif, menumbuhkan inisiatif siswa dalam pembelajaran.
c. Memotivasi, mendorong siswa aktif mengikuti pembelajaran.
d. Menantang, memberikan tantangan siswa menyelesaikan tugas.
e. Menyenangkan, membuat siswa senang dalam pembelajaran.
3.
Teknik Dokumentasi
Dokumentasi
untuk mengumpulkan data berbentuk foto kegiatan dan daftar catatan yang meliputi:
a. Catatan khusus peristiwa yang terjadi selama penelitian.
b. Catatan sharing dengan guru kolaboran.
c. Daftar nilai hasil tugas kelompok, tindak lanjut dan tes tertulis.
d. Daftar skor pengamatan.
E.
Alat Pengumpulan data
1.
Lembar Penilaian, berbentuk
lembar kerja tugas kelompok, lembar kerja tugas tindak lanjut dan lembar soal tes.
Indikator penilaian:
a.
Menganalisis
isi dialog dengan indikator:
1) Jawaban siswa benar.
2) Jawaban siswa salah.
b.
Melengkapi
dialog rumpang dengan indikator:
1) Kesesuaian dengan dialog sebelumnya.
2) Keruntutan urutan dialog.
3) Penulisan kalimat efektif.
4) Pemilihan kosa kata yang tepat.
5) Penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
c.
Menulis
dialog berbahasa jawa dengan indikator:
1) Kesesuaian tema dengan naskah dialog.
2) Keruntutan urutan naskah dialog.
3) Penulisan kalimat efektif.
4) Penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar.
5) Pemilihan kosa kata yag tepat.
2.
Lembar pengamatan, berisi
butir pengamatan untuk penerapan metode demonstrasi dengan media wayang kulit. Aspek
yang diamati:
a.
Kegiatan
Pendahuluan dengan indikator kegiatan:
1) Memberi salam, mempresensi dan berdoa bersama.
2) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab.
3) Menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran.
b.
Kegiatan
Inti dengan indikator kegiatan:
1) Memberikan gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
2) Menunjukkan perangkat wayang kulit sebagai media.
3) Mencontohkan peragaan wayang kulit.
4) Memeragakan dialog berbahasa jawa dengan wayang kulit.
5) Menyelesaikan tugas tentang dialog berbahasa jawa.
6) Memresentasikan hasil tugas.
7) Mengadakan tanya jawab tentang dialog berbahasa jawa.
8) Memberikan tugas tindak lanjut pekerjaan rumah.
9) Membahas tugas tindak lanjut.
10) Merefleksi pembelajaran yang telah terlaksana.
11) Mengadakan penilaian akhir pembelajaran.
12) Mengoreksi hasil penlaian akhir pembelajaran.
c.
Kegiatan
Penutup dengan indikator kegiatan:
1)
Menyimpulkan
meteri pembelajaran.
2)
Menjelaskan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
3)
Menutup
dengan salam dan berdoa bersama.
3.
Lembar dokumentasi, lembar
dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari:
a.
Hasil
foto kegiatan selama penelitian.
b.
Daftar
nilai hasil tes tertulis dan hasil pengamatan.
c.
Daftar
catatan tentang peristiwa khusus dan hasil sharing.
F.
Teknik Analisis Data
1.
Deskriptif kualitatif,
yaitu memaparkan data sesuai fakta, meliputi:
a.
Penyajian
nilai hasil tugas, tes dan pengamatan berbentuk tabel.
b.
Menjelaskan
predikat hasil penilaian kemampuan siswa berikut.
1)
85%
-- 100% = Amat tinggi
2)
70%
-- 84% = Tinggi
3)
55%
-- 69% = Cukup
4)
29%
-- 54% = Rendah
5)
0%
-- 28% = Amat rendah.
c.
Menjelaskan
predikat hasil pengamatan sebagai berikut.
1)
75%
-- 100% =
Sangat Berkualitas
2)
50%
-- 74% = Cukup berkualitas
3)
25%
-- 49% = Kurang berkualitas
4)
1%
-- 24% = Tidak berkualitas.
d.
Menjelaskan
predikat peningkatan hasil penelitian sebagai berikut.
1)
75%
-- 100% =
Sangat signifikan
2)
50%
-- 74% = Cukup signifikan
3)
25%
-- 49% = Kurang signifikan
4)
1%
-- 24% = Tidak signifikan.
2.
Deskriptif Kuantitatif,
yaitu memaparkan data dengan hitungan statistika sederhana. Analisis deskriptif
kuantitatif meliputi:
a.
analisis
kemampuan siswa dengan rumus: (20%xNK1 + 30%xNK2 + 50%xNK3)
Keterangan:
F NK1 = nilai tugas kelompok
F NK2 = nilai tugas tindak lanjut
F NK3 = nilai tes tertulis.
b.
analisis
rata-rata kelas dengan rumus: Mean =
Keterangan:
F Mean= rata-rata
F ∑fx = jumlah nilai
dari data
F N = jumlah siswa sebagai
subjek penelitian.
c.
analisis
persentase ketuntasan belajar klasikal dengan rumus: T =
x 100
Keterangan:
F T = Ketuntasan klasikal
F ∑fx = jumlah siswa
yang memperoleh nilai tuntas
F N = jumlah siswa sebagai
subjek penlitian.
F 100 = konstanta untuk
menentukan persentase.
d.
analisis
persentase skor pengamatan dengan rumus: P =
x 100
Keterangan:
F P = persentase hasil pengamatan.
F ∑fx = jumlah skor hasil pengamatan
F ∑fM = jumlah skor maksimal
F 100 = konstanta untuk menghitung persentase
e.
analisis
persentase perbandingan hasil pengamatan dan kemampuan siswa antarsiklus dengan
rumus: H =
=
x 100
Keterangan:
F H = Hasil perbandingan
F S1 = Hasil selisih
kondisi awal dan siklus I
F S2 = Hasil selisih siklus
I dan siklus II
F 3 = konstanta untuk
menentukan perbandingan
F ∑S = jumlah selisih nilai
antarsiklus
F Na = Nilai kondisi awal
F 100 = konstanta untuk
menentukan peersentase
G.
Validasi Data
Validasi
data penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu mendapatkan data yang
absah dengan menggunakan sesuatu yang lain dari luar data kemudian dipadukan
dengan instrumen dan data penelitian (Bachri, 2010: 56). Validasi data menggunakan
triangulasi data dan instrumen, yaitu memadukan data dan
instrumen yang berbeda dari data dan instrumen pokok.
1.
Memadukan
hasil pengamatan dengan hasil catatan khusus dan sharing guru kolaboran.
Hasil pengamatan didukung dan sudah padu dengan hasil catatan khusus dan sharing
guru kolaboran.
2.
Memadukan
soal tes tetulis dengan kisi-kisi dan tugas kelompok serta tugas tindak lanjut.
Nilai kemampuan siswa sudah padu antara soal tes tertulis dengan kisi-kisi, hasil
tugas kelompok, dan hasil tugas tindak lanjut. Data kemampuan siswa dapat
dinyatakan absah.
H.
Indikator Kinerja Penelitian
Penelitian
ini dikategorikan berhasil apabila mencapai indikator:
1.
Mampu
mengubah proses pembelajaran kemampuan menulis dialog berbahasa jawa dengan
mencapai skor pada kisaran 50% -- 74% atau cukup signifikan.
2.
Mampu
meningkatkan kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa dengan mencapai nilai
kemampuan pada kisaran 50% -- 74% atau cukup signifikan.
I.
Prosedur Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
|
Pembelajaran
awal
|
|
Planning
|
|
Reflection
|
|
Observation
|
|
Action
|
|
Planning
|
|
Reflection
|
|
Observation
|
|
Action
|
|
Siklus
1
|
|
Siklus
2
|
|
Siklus ...
|
Gambar
3.2. Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Subyantoro, 2012: 91)
2.
Persiapan Penelitian
a.
Mengajukan
izin penelitian kepada kepala sekolah.
b.
Menyusun
jadwal penelitian, jadwal dan silabus pembelajaran.
c.
Menyiapkan
media wayang kulit seperti contoh berikut.
Gambar.
3.3. Wayang kulit sebagai media pemelajaran
3.
Pelaksanaan Penelitian
a.
Tahap Perencanaan
1)
Menyusun
RPP dan perangkat pendukung untuk 2 siklus.
2)
Menyusun
instrumen penilaian tes tertulis untuk 2 siklus.
3)
Menyusun
lembar pengamatan, catatan dan sharing untuk 2 siklus.
b.
Tahap Tindakan
1)
Memberi
salam, memresensi dan berdoa bersama.
2)
Mengadakan
apersepsi dengan tanya jawab.
3)
Menjelaskan
materi dan tujuan pembelajaran.
4)
Memberikan
gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
5)
Menunjukkan
perangkat wayang kulit sebagai media.
6)
Mencontohkan
peragaan wayang kulit kepada siswa.
7)
Memeragakan
wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
8)
Menyelesaikan
tugas tentang dialog berbahasa jawa.
9)
Memresentasikan
hasil tugas tentang dialog berbahasa jawa.
10)
Mengadakan
tanya jawab tentang dialog berbahasa jawa.
11)
Memberikan
tugas tindak lanjut pekerjaan rumah
12)
Membahas
hasil tugas tindak lanjut.
13)
Merefleksi
pembelajaran yang telah terlaksana.
14)
Mengadakan
penilaian akhir pembelajaran.
15)
Mengoreksi
hasil penilaian akhir pembelajaran.
16)
Menyimpulkan
hasil proses pembelajaran.
17)
Menjelaskan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
18)
Menutup
dengan salam dan berdoa bersama.
c.
Tahap Pengamatan
1)
Mengamati
proses pembelajaran.
2)
Mencatat
Kejadian khusus dan sharing dengan guru kolaboran.
d.
Tahap Refleksi
1)
Menganalisis
hasil kemampuan siswa dan hasil pengamatan.
2)
Menyusun
konsep untuk menentukan penelitian lanjutan.
4.
Penyelesaian Penelitian
a.
Menyusun
laporan hasil penelitian.
b.
Mengadakan
diseminasi dan pengesahan hasil penelitian.
c.
Menyerahkan
laporan hasil penelitian kepada perustakaan.
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Kondisi Awal
Proses
pembelajaran kondisi awal merupakan bagian tugas pokok dan fungsi penulis
sebagai guru. Berikut tahapannya.
1.
Perencanaan Kondisi Awal
Proses
pembelajaran diawali dengan penyusunan RPP, perangkat tugas kelompok, dan
perangkat penilaian. Penulis mengopi perangkat perencanaan dari satuan
pendidikan lain sehingga tidak sesuai dengan kondisi faktual di sekolah. Perencanaan
disusun sekedar untuk memenuhi syarat proses pembelajaran.
2.
Tindakan Kondisi Awal
Proses
pembelajaran kondisi awal dilaksanakan 2x pertemuan sesuai jadwal pelajaran
untuk Mulok Bahasa Jawa, hari Senin. Pelaksanaan pada tanggal 12 Oktober 2015 dan
19 Oktober 2015. Indikator ketercapaian kompetensi meliputi: menganalisis isi
dialog sederhana berbahasa jawa dan melengkapi dialog sederhana berbahasa jawa rumpang.
Pada
pembelajaran kondisi awal penulis sebagai guru belum mencerminkan kreativitas
dan inovatif. Pembelajaran tidak didukung dengan media pembelajaran. Berjalan
monoton dan tidak ada variasi. Berikut pokok-pokok kegiatan pembelajaran
kondisi awal.
a. Kegiatan pendahuluan terdiri: salam dan berdoa bersama, presensi
kehadiran siswa, dan penjelasan materi dan tujuan pembelajaran,
b. Kegiatan inti meliputi: penjelasan konsep dialog sederhana
berbahasa jawa, pengerjaan tugas kelompok, presentasi hasil tugas, dan penilaian
akhir pembelajaran,
c. Kegiatan penutup terdiri: penjelasan pembelajaran pertemuan berikutnya,
berdoa bersama dan mengucapkan salam.
·
Hasil
dari tindakan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Daftar Nilai Kemampuan siswa Kondisi awal
|
No
|
Inisial
|
NA
Kemampuan
|
Keterangan
|
|
1
|
AK
|
30
|
B
|
|
2
|
DTW
|
40
|
B
|
|
3
|
FKN
|
80
|
T
|
|
4
|
FIA
|
60
|
B
|
|
5
|
IRA
|
50
|
B
|
|
6
|
KRH
|
75
|
T
|
|
7
|
KF
|
25
|
B
|
|
8
|
MAA
|
30
|
B
|
|
9
|
MKU
|
50
|
B
|
|
10
|
SL
|
40
|
B
|
|
11
|
SKS
|
75
|
T
|
|
12
|
SAC
|
80
|
T
|
|
13
|
TR
|
40
|
B
|
|
14
|
WDF
|
30
|
B
|
|
15
|
WB
|
35
|
B
|
|
16
|
FF
|
20
|
B
|
·
Analisis
hasil tindakan Kondisi Awal sebagai berikut.
a. Jumlah total nilai kemampuan = 760
b. Siswa yang tuntas belajar (T) = 4
c. Siswa yang belum tuntas (B) = 12
d. Rata-rata kelas =
= 48
e. Ketuntasan belajar klasikal =
= 25%
f. Rata-rata kelas memperoleh hasil pada kategori rendah karena berada
pada kisaran 29% – 50% dan.
g. Ketuntasan belajar klasikal memperoleh hasil pada kategori amat rendah
karena berada pada kisaran 0% -- 28%.
3.
Pengamatan Kondisi Awal
Pengamatan
terhadap proses pembelajaran konvensional. Hasil pengamatan dapat dicermati
pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Daftar Skor Hasil pengamatan Kondisi awal
|
No
|
Kegiatan
|
Skor
akhir
|
|
|
1
|
Memberi
salam mempresensi dan berdoa bersama.
|
2
|
|
|
2
|
Mengadakan
apersepsi dengan tanya jawab.
|
1
|
|
|
3
|
Menjelaskan
materi dan tujuan pembelajaran.
|
1
|
|
|
4
|
Memberikan
gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
|
1
|
|
|
5
|
Menyelesaikan
tugas kelompok tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
|
2
|
|
|
6
|
Mempresentasikan
hasil tugas kelompok tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
|
2
|
|
|
7
|
Mengadakan
tanya jawab tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
|
1
|
|
|
8
|
Menyimpulkan
hasil proses pembelajaran.
|
2
|
|
|
9
|
Memberikan
tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
|
2
|
|
|
10
|
Menjelaskan
materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.
|
1
|
|
|
11
|
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
|
3
|
·
Analisis
hasil pengamatan:
a. Jumlah total skor = 18
b. Skor tertinggi = 3
c. Skor terendah = 1
d. Persentase skor =
= 32%
e. Persentase pengamatan memperoleh hasil kurang berkualitas karena berada
pada kisaran 25% -- 49%.
4.
Refleksi Kondisi Awal
Pembelajaran
merupakan kegiatan mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada
siswa. Guru harus melaksanakan proses pembelajaran yang ideal dan berkualitas
agar siswa memiliki konsep pengetahuan, keterampilan dan sikap secara maksimal.
Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, pembelajaran harus berjalan
interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang dan menyenangkan. Indikator
tersebut harus tercermin dalam pembelajaran apabila ingin berhasil, utamanya mampu
meningkatkan kompetensi siswa.
Penulis
sebagai guru menyadari kegagalan dalam pembelajaran berdampak pada kemampuan siswa.
Kegagalan tersebut merupakan kesalahan secara pribadi sebagai guru (human
error). Perlu melakukan tindakan untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan
kemudian melakukan penelitian untuk menganlisis hasil tindakan. Sejumlah guru
yang telah melaksanakan penelitian menunjukkan hasil yang cukup signifikan.
Penulis sebagai guru termotivasi untuk melakukan penelitian dengan menerapkan tindakan
representatif. Kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa merupakan
materi esensial dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
B.
Deskripsi Siklus I
Penelitian
siklus I merupakan perbaikan pembelajaran kondisi awal. Penulis sebagai peneliti
memilih penelitian terhadap tindakan melalui metode demonstrasi dengan media
wayang kulit. Tahapan penelitian sebagai berikut.
1.
Perencanaan Siklus I
Penelitian
siklus I diawali dengan kegiatan mengkaji materi pembelajaran dan menganalisis
silabus sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Selanjutnya melakukan
kegiatan berikut.
a.
Menyusun
RPP dengan indikator pencapaian kompetensi:
1)
Menganalisis
isi dialog sederhana berbahasa jawa.
2)
Melengkapi
dialog sederhana berbahasa jawa rumpang.
b.
Menyusun
Lembar kerja tugas untuk siswa meliputi:
1)
Lembar
kerja tugas kelompok untuk 2x pertemuan.
2)
Lembar
kerja tugas tindak lanjut untuk 1x
pertemuan.
c.
Menyusun
perangkat penilaian terdiri dari:
1) Kisi-kisi tes tertulis.
2) Lembar soal tes tertulis.
3) Kunci jawaban tes tertulis.
d.
Menyusun
lembar pengamatan, catatan khusus dan sharing.
2.
Tindakan Siklus I
Pada
tahap tindakan, penulis sebagai peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan
mengacu pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Pendidikan. Pelaksanaan menyesuaikan jadwal pelajaran Mulok Bahasa Jawa, setiap
hari Senin. Tindakan siklus I terlaksana 3x pertemuan, pada tanggal 26 Oktober
2015, tanggal 2 dan 9 November 2015.
Proses
pembelajaran terbagi menjadi 3 tahap kegiatan. Kegiatan pendahuluan meliputi:
salam, berdoa bersama, presensi kehadiran siswa, apersepsi dan penjelasan
materi. Kegiatan inti terbagi menjadi tiga fase, yaitu: eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Fase ekspolorasi merupakan pengenalan media dan penjajakan
materi dialog sederhana berbahasa jawa serta mencontohkan tindakan. Fase elaborasi
difokuskan memperdalam dialog sederhana berbahasa jawa melalui demonstrasi
dengan media wayang kulit.
Dalam
elaborasi, siswa harus menyelesaikan tugas kelompok terdiri dari: (a) menganalisis
isi dialog berbahasa jawa (pertemuan ke-1) dan (b) melengkapi dialog berbahasa
jawa rumpang (pertemuan ke-2). Pada pertemuan ke-3, ada kegiatan pembahasan
tugas, ulasan materi pembelajaran dan tes akhir pembelajaran.
Fase
konfirmasi dengan kegiatan presentasi dan tanya jawab tentang dialog sederhana
berbahasa jawa. Kegiatan penutup berupa kesimpulan materi dan penjelasan
pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke-2 ada tugas tindak lanjut. Proses
pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama dan ucapan salam. Berikut gambaran
tahap tindakan siklus I.
Gambar. 4.1. Gambaran singkat proses pembelajaran tindakan siklus I
·
Hasil
tindakan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel
4.3. Daftar Nilai Kemampuan Siswa Siklus I
|
No
|
Inisial
|
NA
Kemampuan
|
Keterangan
|
|
1
|
AK
|
70
|
B
|
|
2
|
DTW
|
78
|
T
|
|
3
|
FKN
|
87
|
T
|
|
4
|
FIA
|
68
|
B
|
|
5
|
IRA
|
70
|
B
|
|
6
|
KRH
|
74
|
B
|
|
7
|
KF
|
70
|
B
|
|
8
|
MAA
|
82
|
T
|
|
9
|
MKU
|
76
|
T
|
|
10
|
SL
|
68
|
B
|
|
11
|
SKS
|
76
|
T
|
|
12
|
SAC
|
95
|
T
|
|
13
|
TR
|
74
|
B
|
|
14
|
WDF
|
79
|
T
|
|
15
|
WB
|
71
|
B
|
|
16
|
FF
|
74
|
B
|
·
Analisis
hasil tindakan berdasarkan data tabel di atas adalah:
a.
Jumlah
total nilai kemampuan = 1.212
b.
Siswa
yang tuntas belajar (T) = 7
c.
Siswa
yang belum tuntas (B) = 9
d.
Rata-rata
kelas =
= 76
e.
Ketuntasan
belajar klasikal =
= 44%
f.
Rata-rata
kelas memperoleh hasil pada kategori tinggi karena berada pada kisaran 70% – 84%.
g.
Ketuntasan
belajar klasikal memperoleh hasil kategori rendah karena berada pada kisaran
29% -- 54%.
3.
Pengamatan Siklus I
Penulis
sebagai peneliti mengamati terhadap keseluruhan kegiatan pembelajaran. Pengamatan
dibantu oleh guru kolaboran pada 3x pertemuan. Indikator pengamatan adalah: interaktif,
inspiratif, memotivasi, menantang, dan menyenangkan.
·
Hasil
pengamatan dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel
4.4. Daftar Skor Hasil Pengamatan Siklus I
|
No
|
Kegiatan
|
Skor
akhir
|
|
|
1
|
Memberi
salam mempresensi dan berdoa bersama.
|
4
|
|
|
2
|
Mengadakan
apersepsi dengan tanya jawab.
|
4
|
|
|
3
|
Menjelaskan
materi dan tujuan pembelajaran.
|
5
|
|
|
4
|
Memberikan
gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
|
3
|
|
|
5
|
Menunjukkan
perangkat wayang kulit sebagai media.
|
5
|
|
|
6
|
Memberikan
contoh peragaan dialog sederhana berbahasa jawa dengan media wayang kulit.
|
4,5
|
|
|
7
|
Memeragakan
dialog sederhana berbahasa jawa dengan media wayang kulit.
|
4
|
|
|
8
|
Menyelesaikan
tugas kelompok.
|
4,5
|
|
|
9
|
Mempresentasikan
hasil tugas kelompok.
|
2,5
|
|
|
10
|
Mengadakan
tanya jawab.
|
3,5
|
|
|
11
|
Megoreksi
hasil tugas tindak lanjut
|
5
|
|
|
12
|
Mengulas
proses pembelajaran.
|
5
|
|
|
13
|
Mengadakan
tes akhir pembalajaran
|
3
|
|
|
14
|
Mengoreksi
hasil tes akhir pembelajaran
|
5
|
|
|
15
|
Menyimpulkan
hasil proses pembelajaran.
|
4
|
|
|
16
|
Memberikan
tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
|
5
|
|
|
17
|
Menjelaskan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
|
3
|
|
|
18
|
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
|
5
|
·
Analisis hasil pengamatan:
a. Jumlah total skor = 75
b. Skor tertinggi = 5
c. Skor terendah = 2,5
d. Persentase skor =
= 83%
e. Persentase hasil pengamatan memperoleh angka pada kisaran 75% --
100%, kategori sangat berkualitas.
4.
Refleksi Siklus I
Proses
pembelajaran dengan tindakan melalui metode demonstrasi dengan media wayang
kulit membutuhkan perbaikan. Meskipun memperoleh skor sangat berkualitas
tetapi indikator belum tercermin secara keseluruhan. Ada indikator yang belum
dapat diikuti oleh siswa sehingga tidak terlihat dalam proses, yaitu inspiratif
dan menantang. Perlu mengembangkan inisiatif siswa melalui kegiatan yang inspiratif.
Siswa harus diberi tantangan untuk diselesaikan secara individual dan kelompok.
Penulis
menyadari sepenuhnya dalam penelitian siklus I belum berhasil memenuhi target
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Target akhir yang harus tercapai adalah
ketuntasan belajar klasikal sebesar 75% dari siswa satu kelas. Hasil sharing
dengan guru kolaboran, penulis sebagai peneliti harus mengadakan penelitian
lanjutan. Kekurangan dan kesalahan penelitian siklus I diperbaiki melalui
penelitian siklus II.
C.
Deskripsi Siklus II
Penelitian
siklus II merupakan lanjutan dari penelitian siklus I. Barikut tahapan
penelitian.
1.
Perencanaan Siklus II
Kegiatan
perencanaan siklus II sama dengan siklus I. Ada pengembangan indikator
pencapaian kompetensi, yaitu:
a.
Melengkapi
dalog sederhana berbahasa jawa rumpang.
b.
Menulis
dialog sederhana berbahasa jawa berdasarkan tema.
2.
Tidakan Siklus II
Pelaksanaan
tindakan pada siklus II sama dengan siklus I. Penelitian dilaksanakan 3x
pertemuan, pada tanggal 16, 23 dan 30 November 2015. Proses pembelajaran dibagi
menjadi 3 tahap, pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Fase kegiatan terdiri
dari fase ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Ada pengembangan kegiatan
menyelesaikan tugas kelompok, yaitu:
a.
Melengkapi
dialog sederhana rumpang pada pertemuan ke-1.
b.
Menulis
dialog sederhana berdasarkan tema pada pertemuan ke-2.
Berikut
gambaran singkat proses pembelajaran siklus II
Gambar 4.2. Gambar singkat proses pembelajaran tindakan siklus II
·
Hasil
tindakan siklus II dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel
4.5. Daftar Nilai Kemampuan Siswa Siklus II
|
No
|
Inisial
|
NA
Kemampuan
|
Keterangan
|
|
1
|
AK
|
85
|
T
|
|
2
|
DTW
|
95
|
T
|
|
3
|
FKN
|
100
|
T
|
|
4
|
FIA
|
93
|
T
|
|
5
|
IRA
|
89
|
T
|
|
6
|
KRH
|
98
|
T
|
|
7
|
KF
|
84
|
T
|
|
8
|
MAA
|
93
|
T
|
|
9
|
MKU
|
81
|
T
|
|
10
|
SL
|
83
|
T
|
|
11
|
SKS
|
93
|
T
|
|
12
|
SAC
|
94
|
T
|
|
13
|
TR
|
86
|
T
|
|
14
|
WDF
|
96
|
T
|
|
15
|
WB
|
90
|
T
|
|
16
|
FF
|
84
|
T
|
·
Analisis
hasil tindakan berdasarkan data tabel di atas adalah:
a.
Jumlah
total nilai kemampuan = 1.444
b.
Siswa
yang tuntas belajar (T) = 16
c.
Siswa
yang belum tuntas (B) = 0
d.
Rata-rata
kelas =
= 90
e.
Ketuntasan
belajar klasikal =
= 100%
f.
Rata-rata
kelas memperoleh hasil pada kategori amat tinggi karena berada pada kisaran 85%
– 100% dan melebihi target KKM.
g.
Hasil
ketuntasan belajar klasikal pada kategori amat tinggi karena berada kisaran 85%
-- 100% dan melebihi target minimal.
3.
Pengamatan Siklus II
Pada
pengamatan siklus II sama dengan siklus I.
·
Hasil
pengamatan siklus II dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel
4.6. Daftar Skor Akhir Hasil Pengamatan Siklus II
|
No
|
Kegiatan
|
Skor
akhir
|
|
|
1
|
Memberi
salam mempresensi dan berdoa bersama.
|
5
|
|
|
2
|
Mengadakan
apersepsi dengan tanya jawab.
|
5
|
|
|
3
|
Menjelaskan
materi dan tujuan pembelajaran.
|
5
|
|
|
4
|
Menunjukkan
perangkat wayang kulit sebagai media.
|
4
|
|
|
5
|
Memberikan
gambaran singkat dialog berbahasa jawa.
|
5
|
|
|
6
|
Mencontohkan
peragaan wayang kulit dengan dialog berbahasa jawa.
|
5
|
|
|
7
|
Memeragakan
wayang kulit dengan dialog sederhana berbahasa jawa.
|
5
|
|
|
8
|
Menyelesaikan
tugas tentang dialog sederhana berbahasa jawa dalam kelompok.
|
4,5
|
|
|
9
|
Mempresentasikan
hasil tugas dialog sederhana berbahasa jawa.
|
4
|
|
|
10
|
Mengadakan
tanya jawab tentang dialog sederhana berbahasa jawa.
|
5
|
|
|
11
|
Mengoreksi
hasil tugas tindak lanjut
|
5
|
|
|
12
|
Mengulas
peragaan wayang kulit dengan dialog sederhana berbahasa jawa.
|
5
|
|
|
13
|
Mengadakan
tes akhir pembelajaran.
|
5
|
|
|
14
|
Mengoreksi
hasil tes akhir pembelajaran.
|
5
|
|
|
15
|
Menyimpulkan
hasil proses pembelajaran.
|
4
|
|
|
16
|
Memberikan
tugas tindak lanjut Pekerjaan Rumah
|
5
|
|
|
17
|
Menjelaskan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
|
5
|
|
|
18
|
Menutup dengan salam dan berdoa bersama
|
5
|
·
Analisis
hasil pengamatan
a. Jumlah total skor = 86,5
b. Skor tertinggi = 5
c. Skor terendah = 4
d. Persentase skor =
= 96%
e. Persentase pengamatan menunjukkan proses pembelajaran sangat
berkualitas karena berada pada kisaran 75% -- 100%.
4.
Refleksi Siklus II
Penulis
sebagai peneliti sangat memahami konsep teori yang menjelaskan bahwa inisiatif
dan antusiasme siswa sangat tergantung situasi dan kondisi pribadi siswa.
Bahkan menjadi karakter yang berkembang dalam pribadi siswa sebagai individu.
Pembelajaran melalui tindakan metode demonstrasi dengan media wayang kulit sangat
berkualitas. Pembelajaran tergolong ideal karena secara umum indikator
tercermin dalam proses.
Berdasarkan
penilaian tugas dan tes tertulis, kemampuan siswa mengalami fluktuasi hasil.
Akan tetapi, secara umum sudah mencapai nilai setara KKM yang ditentukan
sekolah. Dapat dikategorikan siswa memiliki kompetensi dalam pembelajaran
kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa. Hasil akhir penelitian sudah
memenuhi target awal sehingga tidak memerlukan penelitian lanjutan.
D.
Pembahasan
1.
Pembahasan setiap Siklus
Data
pengamatan kondisi awal menunjukkan proses pembelajaran kurang berkualitas.
Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran, ada yang memperoleh skor 1 merupakan
skor terendah. Skor tertinggi 3 dan hanya tercermin pada kegiatan berdoa dan
memberi salam. Terindikasi indikator pembelajaran sesuai Permendiknas Nomor
41 Tahun 20017 tidak tercermin dalam keseluruhan kegiatan. Perlu diperbaiki
dengan sebuah tindakan yang representatif.
Data
hasil penilaian akhir kondisi awal menunjukan siswa yang memperoleh nilai >
75 atau tuntas belajar sebanyak 4 siswa. Yang memperoleh nilai < 75 atau
belum tuntas belajar sebanyak 12 siswa. Hasil
ini menunjukkan siswa yang tuntas lebih sedikit atau sebesar 25% berbanding
dengan siswa yang belum tuntas atau sebesar 75%. Memperoleh rarta-rata kelas mencapai
48 dan berada di bawah KKM sebesar 75. Menunjukkan kemampuan siswa tergolong sangat
rendah.
Hasil
pengamatan siklus I menunjukkan pembelajaran berjalan sangat berkualitas. Akan
tetapi, ada kegiatan belum mencerminkan indikator secara sempurna sehingga memperoleh
skor terendah 2,5. Ada kegiatan yang mencerminkan indikator secara sempurna
sehingga memperoleh hasil skor 5 merupakan skor tertinggi. Dari catatan khusus
terpapar ada siswa berkeliaran ketika menyelesaikan tugas kelompok. Ketika
pelaksanaan tes tertulis, ada siswa tiduran di atas meja. Perlu bimbingan sikap
agar tidak terulang pada pembelajaran berikutnya.
Hasil
analisis nilai kemampuan siswa siklus I menunjukkan kurang seimbang antara
rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar klasikal. Siswa yang tuntas
belajar atau memperoleh hasil akhir > 75 sebanyak 7 siswa atau
sebesar 44% dan siswa yang memperoleh hasil akhir < 75 sebanyak 9 siswa atau
sebesar 56%. Hasil tersebut menunjukkan siswa yang tuntas belajar lebih sedikit
dari pada yang belum tuntas. Secara klasikal memperoleh rata-rata nilai mencapai
76 atau kategori tinggi. Perlu melakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis
peningkatan kemampuan siswa.
Pengamatan
pada siklus II menunjukkan proses pembelajaran sangat berkualitas. Keseluruhan
kegiatan pembelajaran mencerminkan indikator secara sempurna dan memperoleh
skor 5 merupakan skor tertinggi. Ada kegiatan mencerminkan indikator kurang
sempurna sehingga memperoleh tertinggi 4 merupakan skor terendah. Persentase
skor mencapai 96% dan mendekati standar tertinggi. Tercatat secara khusus ada
kelompok tidak serius menyelesaikan tugas. Ada siswa yang menyontek hasil tes
siswa lain. Perlu bimbingan khusus dari guru agar tidak mengganggu kelompok
lain atau siswa lain. Secara umum, penulis sebagai guru berhasil melaksanakan
pembelajaran yang ideal.
Kemampuan
siswa siklus II menunjukkan hasil amat tinggi dan terjadi keseimbangan antara
rata-rata kelas dan ketuntasan belajar klasikal. Hasil analisis menunjukkan rata-rata
kelas mencapai 90 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. Semua siswa
berjumlah 16 sudah memperoleh nilai akhir sebesar > 75 dan tuntas
belajar. Tidak ada siswa yang belum tuntas atau memperoleh nilai akhir sebesar
< 75. Secara umum, penulis sebagai
guru mampu mambawa siswa memperoleh kompetensi dalam menulis dialog sederhana
berbahasa jawa dengan indiktor memperoleh nilai setara dengan KKM.
2.
Pembahasan Antarsiklus
Perubahan
proses pembelajaran dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II tercermin pada sintak
kegiatan pembelajaran. Dalam instrumen pengamatan, kondisi awal ada 11
kegiatan, siklus I dan siklus II ada 18 kegiatan yang menjadi objek pengamatan.
Kekurangan dan masalah dalam pembelajaran diperbaiki antarsiklus. Siswa sacara
khusus tercatat melakukan kesalahan, baik secara individual maupun kelompok
tidak terlihat lagi dalam siklus berikutnya. Ada juga diperbaiki seketika dalam
pembelajaran siklus tersebut melalui bimbingan. Pada siklus II tidak ada
kesalahan fatal tampak dalam pembelajaran.
Peningkatan
kemampuan siswa tercermin pada ketuntasan belajar. Dari kondisi awal ke siklus
I peningkatan ketuntasan belajar klasikal tidak drastis. Peningkatan drastis
terjadi dari siklus I ke siklus II. Dari siklus ke siklus hanya ada 1 siswa
meraih nilai sempurna atau 100. Ini disebabkan oleh sistem analisis nilai kemampuan
siswa dengan menggabungkan nilai tugas kelompok, tugas tindak lanjut dan tes
tertulis. Ada siswa tuntas tugas kelompok atau tindak lanjut tetapi tidak
tuntas tes tertulis. Secara umum, siswa berkompetensi meraih KKM.
E.
Hasil Penelitian
Proses
pembelajaran mencerminkan indikator interkatif, inspiratif, memotivasi,
menyenangkan dan menantang. Hal tersebut terindikasi pada hasil pengamatan yang
telah dianalisis dengan persentase. Persentase skor hasil pengamatan pada
kondisi awal sebesar 32%, siklus I sebesar 83% dan siklus II sebesar 96%.
Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 51% dan siklus I ke siklus II
sebesar 13%. Perhitungan peningkatan
=
= 21%. Persentase peningkatan
x 100 = 66%. Hasil tersebut menunjukkan
peningkatan kategori cukup signifikan berada pada kisaran 50% -- 74%.
Kemampuan
siswa terlihat pada perolehan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Rata-rata
nilai siswa dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 28 dan siklus I ke
siklus II sebesar 14. Perhitungan peningkatan rata-rata sebesar
=
= 13. Persentase sebesar
= 29%. Hasil ketuntasan
belajar klasikal dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 19% dan siklus
I ke siklus II sebesar 56%. Perhitungan peningkatan
=
= 25%. Persentase peningkatan
x 100 = 100%. Perhitungan peningkatan
kemampuan siswa menjadi
=
= 64,5% dan menunjukkan peningkatan cukup signifikan
berada pada kisaran 50% -- 74%.
Hasil
penelitian sudah sesuai dengan konsep teoretis menurut Warsono dan Hariyanto (2014:
17) menjelaskan bahwa “untuk mengubah pembelajaran menjadi berkualitas dan
meningkatkan hasil belajar siswa perlu pembelajaran aktif dengan menerapkan metode
kreatif dan media pembelajaran inovatif. Guru harus melakukan variasi dalam
pembelajaran agar berhasil sukses.”
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses
pembelajaran kemampuan menulis dialog sederhana berbahasa jawa melalui metode
demonstrasi dengan media wayang kulit di Kleas IV SD Negeri 1 Babaktulung
mengalami perubahan cukup signifikan dengan indikator peningkatan sebesar 66%.
Proses pembelajaran mencerminkan indikator sesuai Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan, yaitu interaktif, inspiratif,
memotivasi, menantang dan menyenangkan bagi siswa.
2.
Kemampuan
menulis dialog sederhana berbahasa jawa melalui metode demonstrasi dengan media
wayang kulit bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Babaktulung mengalami peningkatan
sebesar 64,5% pada kategori cukup signifikan. Indikator kemampuan siswa
tercermin dari hasil persentase ketuntasan belajar klasikal dan rata-rata nilai
yang dianalisis dari tugas kelompok, tindak lanjut dan tes tertulis.
B.
Saran-saran
1.
Bagi Siswa
Semua
siswa disarankan serius dan aktif mengikuti pembelajaran. Sintak pembelajaran
dijalani sesuai dengan metode yang diterapkan oleh guru. Membuat suasana kelas
tenang, kondusif dan tidak gaduh. Harus memiliki insiatif dan menghadapi
tantangan pembelajaran tanpa menunggu perintah dan tugas dari guru. Untuk
meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran, siswa harus tekun belajar.
2.
Bagi Guru
Setiap
guru diharapkan memunculkan ide kreatif dan inovatif setiap melaksanakan proses
pembelajaran. Selalu menciptakan pembelajaran aktif agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal. Mengoptimalkan sarana yang tersedia sebagai media
pembelajaran untuk menciptakan pemahaman siswa menjadi konkret. Harus mampu
mengubah paradigma pembelajaran interaktif, inspiratif, memotivasi, menantang
dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Sri. 2013. (Ed) Kerangka Teoretis
dan Kerangka Berpikir. Penggunaan Media Wayang kulit dalam Pembelajaran
Bahasa jawa untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis cerita bagi Siswa Kelas IV SD
N 2 Ngraci Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013.
(PTK) Tidak dipublikasikan.
Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta:
Rajagrafindo Persada
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan
Validitas melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Surabaya: Unesa
Bastomi,
Swaji. 2010. Gelis Kenal Wayang.
Jakarta: Depdiknas
Decaprio, Richard. 2014. Aplikasi Pembelajaran Keterampilan di
Sekolah. Jakarta: Diva Press
Hariyanto. 2013. (Ed) Karangka Teoretis dan Kerangka Berpikir.
Meningkatkan Hasil belajar IPA melalui Metode Demonstrasi bagi Siswa Kelas IV
SDN 2 Karangmangu Semester 1 Tahun pelajaran 2013/2014. (PTK): Tidak
dipublikasikan.
Hariyadi. 2012. Konsep Pembelajaran Bahasa Jawa di SD/MI. Tuban: Unirow
Herawati, Nanik dkk. 2008. Kulina
Bahasa Jawa Kangge Kela IV SD/MI. Klaten: Intan Pariwara
Karso. 2013. (Ed) Intisari Belajar Bahasa Jawa di Sekolah
Dasar.(Modul): dicetak untuk lingkungan SD se-Kecamatan Sarang.
Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tentang Kurikulum Muatan Lokal Bahasa
Jawa. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Kresna, Ardian. 2012. Mengenal Dunia Wayang Melalui Pembelajaran.
Jogjakarta: Laksana
Notopertomo, Margono. 2012. Mengenal Tokoh Wayang sambil Bermain dalam
Pembelajaran. Klaten: Hafima
Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Nasional (Ed) Pelaksanaan
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Subyantoro. 2012. Peneltian Tindakan Kelas, Teori dan Praktik
Referensi bagi Guru. Semarang: Unnes Press
Sunoto. 2014. Konsep Metode
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tuban: Mulya Abadi
Suyanto. 2014. Pembelajaran
Bahasa Jawa di Sekolah Dasar. Klaten: Sahabat
Oktavianti, Ika, dan Ratnasari, Yuni. 2018.
Etnopedagogi Dalam Pembelajaran Di
Sekolah Dasar Melalui Media Berbasis
Kearifan Lokal. Refleksi Edukatika:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8 (2).
Warih, Jatarahayu. 2013. Rangkuman
Pengetahuan Wayang. Surakarta: Tiga Serangkai
Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran
Aktif, Teori dan Assesment. Bandung: Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar